Makam Rasulullah
Tiada contoh penghentian permusuhan yang terbaik sepanjang sejarah manusia, melainkan perdamaian antara Bani Aus dan Khazraj yang dilakukan Rasulullah Saw. Begitu suksesnya hingga mampu mempersaudarakan orang-orang yang sebelumnya saling membunuh. Jangankan terjadi pertempuran, pertengkaran pun tidak pernah lagi hingga kini.
Tanpa meniru Rasul, maka upaya menghentikan permusuhan di Aceh, atau konflik antara bangsa Kurdi, Turki, dan Arab, atau antara etnis Pushtun dengan Tajik, dan lain-lain, akan gagal dan berpotensi perang terjadi lagi selama ada provokator kaum kafir dan munafik.
Sebelum Rasul hijrah, Bani Aus dan Khazraj telah bertempur puluhan tahun, bahkan pada Perang Bu'ats (lima tahun sebelum hijrah) semua pemimpin kedua pihak tewas (riwayat Bukhari). Di kala genting itulah, Rasul kebetulan bertemu dengan enam orang Khazraj dan Aus. Kepada mereka Rasul mengajak beriman dan membela dakwah dengan kekuatan. Mereka langsung setuju karena ingin sekali ada perdamaian dan butuh pemersatu masyarakat. Apalagi, kaum Yahudi telah mengancam menyerang mereka. (riwayat Ibnu Hisyam).
Setahun kemudian Rasul mengutus Mush'ab bin Umair untuk membina kepribadian individu-individu Yatsrib, membentuk iklim persaudaraan, dan loyalitas hanya kepada Islam, bukan lagi kepada fanatisme kesukuan atau kekabilahan, serta memperkuat semangat dan keberanian membela agama dengan jiwa dan harta. Tak cuma membina pikiran dan perasaan, Mush'ab juga menyuruh mereka untuk selalu shalat berjamaah, saling mengucap salam dan mendoakan kebaikan bila bersua, membantu sesama Muslim, serta mematuhi setiap perintah Rasul.
Hasilnya, ketika Rasul hijrah mereka telah siap selalu untuk membela Islam dan menolong kaum Muhajirin dengan harta, tempat tinggal, dan akses ekonomi, karena sebelumnya telah terlatih berukhuwah Islamiyah dengan bekas musuh bebuyutan. Sebagai manusia, sesekali mereka juga tergoda bertengkar.
Contohnya saat seorang kafir, Syas bin Qais, membangkitkan memori Perang Bu'ats. Namun, ketika Allah SWT mengkritik dengan surat Ali Imran ayat 98-103 agar mewaspadai provokasi kaum kafir serta kewajiban bersatu dalam agama Allah, mereka pun bertobat. Sempat ada pertengkaran kecil lantaran seorang warga Khazraj, yaitu tokoh munafik Abdullah bin Ubay, memfitnah istri Rasul, Aisyah, telah serong (riwayat Muslim).
Alhamdulillah, usai berdamai atas kesalahpahaman tadi, tak pernah ada lagi permusuhan hingga anak cucu mereka hingga hari ini. Ini sungguh suatu pelajaran berharga yang harus ditiru oleh kaum Muslim yang meninginkan kemuliaan. Bersatu dalam Islam, bukan dalam isme-isme lainnya.
Fahmi AP Pane
Sumber : Pusat Data Republika
Post a Comment Blogger Facebook