GuidePedia

0

Sebetulnya, setelah bertandang ke Kawaguchiko di bulan Desember dan sebelum mendatangi Enoshima, saya sempat mengunjungi sejumlah tempat lain di Jepang. Tapi mereka saya lompati dulu, deh. Rasanya saya lebih ingin membahas Enoshima terlebih dahulu.

Enoshima adalah nama sebuah pulau di lepas pantai prefektur Kanagawa. Selain Kamakura, Enoshima merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dalam day trip dari Tokyo. Dan meskipun pulau ini kecil saja, jangan dianggap enteng, karena banyak sekali daya tarik yang disimpannya, baik yang bersifat budaya ataupun alami. Setengah hari saja tidak cukup untuk menjelajahi semua hal yang ditawarkan pulau ini. Hal ini saya buktikan sendiri, kok… Sampai sekarang saya masih ingin balik lagi ke Enoshima, karena masih ada beberapa sudutnya yang terpaksa saya lewatkan akibat terbatasnya waktu saya di sana hari itu.




Enoshima, dilihat dari jembatan penghubung dengan daratan utama.

Ada beberapa pilihan rute kereta untuk menuju Enoshima.

1.) Menggunakan kereta-kereta JR (milik pemerintah), yaitu Shonan-Shinjuku Line dari Shinjuku, atau Tokaido Line dari stasiun utama Tokyo, sampai ke Ofuna. Dari Ofuna, berpindahlah ke Shonan Monorail – Anda harus beli tiket lagi, tidak bisa menggunakan kartu transportasi. Turunlah di stasiun Shonan-Enoshima.

2.) Atau, kalau Anda hendak menggabungkan kunjungan ke Enoshima dengan ke Kamakura dalam satu hari (banyak wisatawan yang melakukan ini), dari Kamakura tumpangilah kereta klasik Enoden sampai ke stasiun Enoshima.

3.) Perusahaan kereta api swasta, Odakyu, juga menyediakan layanan kereta langsung menuju Enoshima (tepatnya, berujung di stasiun Katase-Enoshima). Keretanya bisa yang biasa, ataupun Romance Car yang lebih mahal namun lebih nyaman dan gaya. Pilihan lainnya adalah berganti kereta ke jalur Enoden di Fujisawa.



Tampak depan Stasiun Katase-Enoshima.

Saya mengambil pilihan pertama, karena sedikit norak ingin merasakan naik kereta gantung. Sebelumnya sudah pernah sih, antara lain di Tama, tapi saya ingin mencoba yang ini juga. Apalagi sebelumnya saya pernah mencoba naik Enoden, sewaktu berkunjung ke Kamakura. (Nantinya, saya pulang dengan menumpangi kereta Odakyu.)

Meskipun Enoshima merupakan sebuah pulau (kelihatan dari namanya – shima berarti pulau, jadi sebenarnya redundan bila menyebutnya ‘Pulau Enoshima’), kita bisa berjalan kaki atau naik kendaraan (mobil, sepeda sewaan) ke pulau tersebut, melewati jembatan. Berjalan kaki bukan masalah karena jalur pedestrian dan jalanan umum yang nyaman. Bila butuh peta gratis atau info, singgahilah kantor informasi pariwisata yang terletak tidak jauh dari jembatan menuju Enoshima. Di sepanjang jalan dari stasiun kereta api ke jembatan penghubung pun ada sejumlah toko dan tempat makan yang seolah melambai-lambai mengajak masuk. Banyak di antaranya yang menawarkan hidangan berbasis shirasu, ikan kecil-kecil yang merupakan makanan khas Enoshima. Tapi…. nanti dulu ah! Sampai ke Enoshima saja belum, masa kantong jebol duluan, sih!




Menara yang tampak mencuat di tengah pulau itu adalah Sea Candle.

Di kanan-kiri jembatan penghubung daratan dengan Enoshima, juga ada sejumlah pantai berpasir yang boleh juga disinggahi buat main-main sebentar kalau ada waktu. Akan tetapi… tujuan utama! Tujuan utama! Enoshima!

Ah, ya, sebagai catatan, pastikan Anda mengunjungi Enoshima dalam kondisi tubuh yang bugar dan juga mengenakan pakaian serta sepatu yang enak untuk berjalan jauh dan… mendaki. Lho, mendaki? Kita ke gunung apa ke pulau, sih? Ya, ke pulau, namun Enoshima adalah pulau kecil yang menjulang ke atas. Tidak begitu kelihatan di foto di atas, ya? Tapi percayalah. Untuk menjelajahi pulau tersebut, kita harus naik-turun tangga, yang kerap kali curam sekali. Ada beberapa kabar baik, sih.

Satu. Bila tujuan utama Anda adalah Gua-gua Iwaya yang terletak di sisi sebalik pulau dari sisi yang tampak di foto atas, ada layanan perahu langsung dari jembatan. Biayanya sekitar 400 yen sekali jalan. Gua-gua tersebut ditutup biasanya sebelum senja, jadi mungkin ada bagusnya mengunjungi Iwaya terlebih dahulu, lalu setelahnya menelusuri jalanan kembali ke sisi pulau yang menghadap daratan utama. Kabar kurang bagusnya: itu berarti, dari sisi pulau tersebut, Anda harus mendaki sejumlah tangga yang cukup curam. Pilihan lainnya: menumpang lagi perahu ke sisi ‘depan’ pulau.




Jalanan di Enoshima kecil-kecil, tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, diapit rumah, restoran, toko. Sangat nyaman untuk berjalan-jalan!

Dua. Kalau Anda memutuskan untuk memulai penjelajahan dari sisi ‘depan’ ke ‘sisi belakang’ pulau, ada layanan eskalator (‘Enoshima Escar‘), tapi hanya ke atas. Baliknya ya harus menuruni tangga. Eskalator terputus-putus menjadi beberapa bagian, mengikuti kontur pulau. Anda bisa naik satu eskalator saja dan membayar hanya untuk eskalator itu, tapi ya lebih murah dan praktis membeli tiket terusan seharga 1000 yen, yang tidak saja memungkinkan Anda menaiki semua eskalator, melainkan juga memasuki Samuel Cocking Garden dan Sea Candle. Sebenarnya ada juga paket gabungan dengan tiket masuk ke Enoshima Aquarium, tapi saya merasa hari itu saya tidak akan punya cukup waktu untuk mengunjungi akuarium tersebut.



Salah satu eskalator bagian dari rangkaian Enoshima Escar.

Sejak lama Enoshima menjadi tempat persinggahan spiritual. Tidak heran, di pulau yang tidak seberapa besar itu, terdapat banyak kuil, altar, dan tempat berdoa (termasuk tempat menggantungkan gembok cinta dan membunyikan bel doa demi kelanggengan cinta). Dengan menumpangi eskalator, kita bisa dengan mudah mengunjungi tiga kuil di antaranya, yang terletak pada ketinggian berbeda-beda di Enoshima: Hetsunomiya Jinja, Nakatsunomiya Jinja, dan Okutsunomiya Jinja. Kata jinja menandakan bahwa kuil-kuil ini adalah milik penganut Shinto. Di kuil yang pertama (Hetsunomiya) ada patung yang cukup langka, yang menampilkan dewi Benzaiten dalam kondisi tidak berbusana, sedang memainkan alat musik biwa. Sayangnya saya tidak sempat menengok patung tersebut hari itu; saya terlalu terfokus untuk mendatangi Samuel Cocking Garden.



Di samping toori (gerbang), terdapat model biwa dari papan.





Naga adalah hewan pelindung pulau ini. Tidak heran, patung ataupun motif naga bisa dijumpai di sana-sini.





Orang-orang berjalan melewati chinowa ini untuk melenyapkan hal-hal buruk dalam hidup mereka.




Yang ini adalah Enoshima-Dashi atau Saifuku-ji, kuil milik sekte Buddha Sengon. Sosok merah itu adalah Fudou Myou-ou, dikenal dalam bahasa Sansekerta sebagai Acala.

Oke… sekian dulu ya cerita tentang Enoshima. Lain waktu, saya akan beberkan lebih banyak mengenai Samuel Cocking Garden dan Sea Candle yang menawan. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top