GuidePedia

0


Zaneerah adalah salah satu wanita pertama yang memeluk Islam.

Zaneerah al-Rumiya adalah seorang sahabiyah. Namanya dikenal juga dengan Zannirah, Zanira, atau Zinnirah.

Dia berasal dari bangsa Romawi dan menjadi budak Umar bin Khattab saat khalifah kedua kaum Muslimin itu belum memeluk Islam. Karena tinggal di keluarga Umar, Zaneerah juga menjadi tanggungan Bani Makzum di Makkah.


Zaneerah adalah salah satu wanita pertama yang memeluk Islam. Jihadnya dalam mempertahankan agama Islam sangat berat. Namun, dia tetap teguh untuk mempertahankannya. Keislamannya dan kedudukannya yang lemah sebagai budak menjadi sasaran empuk penguasa Quraisy untuk menyiksanya.

Kesabarannya diuji ketika dia dihukum oleh Abu Jahal untuk kembali ke agama sebelumnya. Dia dipaksa untuk tetap menyembah dua berhala panutan suku Quraisy ketika, itu Latta dan Uzza.

Zaneerah memeluk Islam saat Nabi Muhammad SAW memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi. Ketika itu, Rasulullah berdakwah kepada golongan bawah terlebih dahulu. Zaneerah sebagai budak mendengar dakwah Nabi Muhammad dan ikut serta didalamnya.

Setelah ikut serta dalam dakwah Nabi Muhammad SAW, Zaneerah pun menyatakan sepenuh hati memeluk agama Islam. Karena takut diketahui majikannya, Zaneerah pun menjalankan ibadah secara sembunyi-sembunyi dan berhati-hati.

Shalat, zikir, membaca Alquran, dan berdoa pun dilakukan dengan syahdu dan penuh kehati-hatian. Tapi, tidak lama Umar sebagai majikannya mengetahui jika budaknya tersebut memeluk agama yang dibawa Rasulullah SAW.

Semenjak itulah Umar mulai menyelediki perubahan kehidupan Zaneerah dengan cara ibadah yang berbeda. Zaneerah tidak lagi menyembah berhala dan telah meninggalkan agama nenek moyang mereka.

Umar bin Khattab cukup terkenal dengan sikap memusuhi Rasulullah SAW dan agama Islam sebelum keislamannya. Umar selalu mencerca Muhammad SAW. Dia secara terang-terangan memusuhi sahabat-sahabat yang telah memeluk Islam dengan sikap berani dan tegasnya itu. Dia bahkan sanggup mengubur anak perempuannya hidup-hidup kerana malu dipandang masyarakat.

Karena itu, Umar tidak menghalangi saat Abu Jahal menyiksa beberapa Zaneerah dan beberapa budak yang memeluk Islam. Zaneerah disiksa dengan dipukul, ditendang, bahkan dijemur di tengah padang pasir yang sangat terik.

Namun, semuanya dihadapi dengan tenang dan sabar. Dia selalu berdoa dan menyerahkan segala keselamatannya pada Tuhan yang diyakininya sekarang, Allah SWT.

Puncak siksaan yang dihadapi Zaneerah adalah ketika kedua matanya dibuat buta. Pemuka Quraisy menyebut, kebutaan Zaneera karena pembangkangannya terhadap Latta dan Uzza.

Mereka menantang jika Tuhan yang disembah Zaneera benar adanya maka tak sulit menyembuhkan kebutaan Zaneerah.

Dengan keimanan yang kokoh, Zaneera menjawab, "Lalu, apa yang membuat Latta dan Uzza bisa melihat siapa saja yang menyembah mereka? ini (kebutaan) datangnya dari Allah dan Dia dapat mengembalikannya."

Kehilangan penglihatan dunia tak membuat iman Zaneera goyah. Ia justru semakin syahdu dan tunduk kepada Islam. Ia memasrahkan semua kondisi yang ia dapatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kehidupannya tetap dijalani seperti biasa meskipun kedua matanya telah buta. Tapi, hati dan jiwanya tetap dipenuhi dengan cahaya keimanan Islam.

Iman menjadi cahayanya dengan kegelapan dunia yang ketika itu dilaluinya. Dia selalu berdoa, ”Ini untuk-Mu ya Allah, aku mengarungi kesengsaraan ini untuk mendapatkan kesenangan di akhirat kelak, perjuangan ini memang sungguh berat, selalu menderita dan sengsara karena aku sadar untuk mendapat surga harus dapat melalui ujian yang berat, sedangkan neraka itu dipagari kesenangan dan kemudahan."

Doanya pun didengar Allah SWT. Salah satu tanda kebesaran Allah ditunjukkan dengan sembuhnya penglihatan Zaneerah. Sembuhnya Zaneerah dari kebutaan tidak lantas membuat kaum musyrikin Makkah meyakini kebesaran Allah.

Mereka menuduh itu sebagai sihir Nabi Muhammad SAW. Kemarahan kaum musyrikin yang merasa dipermalukan pun semakin memuncak.

Siksaan lebih pedih diberikan kepada Zaneerah. Melihat penderitaannya, Abu Bakar as-Shidiq RA merasa iba. Ia pun dengan ringan tangan menebus Zaneerah dan budak-budak lain yang disiksa kemudian memerdekakan mereka. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top