GuidePedia

1


Sejujurnya, saya tidak pernah berpikir untuk membuat sebuah FR sebelumnya, tapi berhubung banyak rekan bikepackers yg meminta saya untuk berbagi cerita, akhirnya saya mencoba menulis kisah perjalanan saya, sekaligus menjadi thread pertama saya di kaskus. Semoga berguna buat yg berniat mengikuti jejak kami.

Alasan kenapa saya malas membuat FR sebelumnya, bukan karena saya malas berbagi, tapi saya tidak ingin liburan saya terganggu oleh aktifitas2 yg diperlukan utk membuat FR, seperti; mengambil foto, mencatat & mengingat yg jelas akan mengurangi kenikmatan berlibur. Mengambil foto biasanya juga jarang sekali saya lakukan, karena saya lebih suka merekam dgn otak saya,

Buat Non Bikepacker, bacanya lgs ke post 2 tgl 3 agustus 2014 (hari ke 6) saja

Seperti Sudah menjadi tradisi buat saya & beberapa rekan dari Forum Bikepacker untuk melakukan touring lebaran setiap tahunnya sejak tahun 2011,

 "sekilas tentang Touring Lebaran": 

Dinamakan touring lebaran; karena keberangkatan kami dari jakarta selalu H+1 Lebaran Jam 01.00 Wib (dinihari) dengan memanfaatkan cuti lebaran. Durasi touring lebaran buat saya selalu 2 minggu atau lebih, tapi tidak buat rekan yg lain; umumnya mereka pulang ke Jakarta lebih dahulu.
I Touring Lebaran 2011
diawali ajakan Om Preman.Kampung A.K.A Om Arie Ajakan Touring lebaran 2011, saat itu pesertanya adalah:
1) Om Arie
2) Bro Joshua
3) Bro Izzoel
4) bro Binshar
5) Sis Fanny
6) Arthiya (adik kandung saya) yg jadi guide selama di Bali
7) Revandhiya
*Semua peserta hanya sampai Bali, sedangkan saya sendirian lanjut sampai Sape, Sumbawa.
Sepulang dari Touring lebaran edisi pertama ini, saya berkenalan dengan Gibran yg memiliki ide utk membuat post Bikepacker dan kemudian juga menjadi Rumah induk bagi kami para Bikepacker

II Touring Lebaran 2012
peserta:
1) Om Reno
2) bro Gibran
3) Bro Joshua
4) Om Arie
5) Om Jamil
6) Om Eko
7) Bro Adeek
8) Sis Nita
9) Revandhiya
IV Touring lebaran 2014
Peserta :
1) Joshua
2) Roby
*keduanya hanya sampai Sumatra Barat
3) Reno
4) Onez
5) Revandhiya
**hanya kami ber 3 yg tembus sampai nol kilometer (sabang)

Seperti biasa menjelang detik2 keberangkatan saya ke Sabang ini, beberapa rekan bikepackers tiba2 mengundurkan diri, termasuk para pencetus idenya dengan alasan yg berbeda beda. Tidak masalah buat saya, karena sejatinya saya adalah solo traveler / Touringer, sendirian sekalipun saya tetap akan jalan, malah sejujurnya saya lebih suka sendirian, jika tidak berpikir, bahwa: tanpa barengan untuk sharing cost, biaya penginapan, sewa perahu dll akan membengkak.

27 Juli 2014

Joshua, Reno dan Roby yg tidak merayakan idul fitri sudah terlebih dahulu berangkat menuju Palembang sekitar jam 23.00 wib , rencananya setelah merayakan lebaran di Jakarta saya akan menyusul dan regroup dgn mereka di Palembang atau Jambi.

28 Juli 2014

Saat saya sedang merayakan idul fitri bersama saudara2 saya, tiba2 Onez menelpon & mengatakan, bahwa: dia akan bergabung untuk touring menuju Sabang.

Saya yg sebenarnya sudah siap untuk solo touring sampai Palembang, akhirnya menyepakati KFC da'an Mogot sebagai tikum (titik kumpul) pada tgl 29 juli 2014 jam 01.00 wib. Tikum ini sudah biasa kami gunakan jika ingin touring ke arah barat (sumatra).

29 Juli 2014
 "Dongeng hari ke 1:": 

Jam 00.30 Wib saya berangkat dari Rumah saya di Bekasi menuju tikum di Da'an Mogot diiringi hujan lebat yg mengguyur wilayah Bekasi & sekitarnya.

Jalanan benar benar kosong melompong tengah malam ini, saya bisa melarikan Andini sampai 110 KPJ dengan maksud hanya untuk mengetes performanya. Ohh iya Andini itu adalah nama yg saya berikan untuk motor tua saya yang sangat setia (Megapro 2001), nama itu saya ambil dari tunggangan Dewa Sywa sang dewa pemusnah, yaitu Lembu Andini.

Andini ini tidak saya gunakan lagi untuk harian sejak Mei 2012, ditambah saya sudah jarang mengemudi motor (motor hanya kusus untuk touring), sehingga saya benar2 harus beradaptasi kembali & menguji kesiapan Andini yang alhamdulilah selalu prima 100% sejak saya rawat & perbaiki sendiri dgn hati & kecintaan (sejujurnya saya trauma menggunakan jasa bengkel resmi).

Kurang dari 20 menit, saya sudah tiba di Tikum dan setelah berjumpa dengan Onez yang tiba jam 01.15 wib , kami langsung menuju Merak.

Saya membiarkan Onez untuk berada didepan, dan disini kecurigaan saya mulai muncul, berkali kali saya memintanya untuk menaikkan kecepatan, tapi dia tetap pelan dengan maksimal speed hanya 65 KPJ sambil berkata kalau "tarikan motornya berat".

Sesampai di Kota Tanggerang, kesabaran saya mulai habis, saya mengambil alih pimpinan dan menaikkan kecepatan, aneh..Onez yg biasanya cepat, tetap pelan & tertinggal jauh, akhirnya saya kembali pelan & setia mengintil dibelakangnya. Untungnya, karena jalanan super kosong kami tetap hanya membutuhkan 2,5 jam utk tiba di Merak, tepatnya jam 03.45 kami sudah tiba di Merak. Peta Jalur Bekasi - Merak

Setelah membayar Rp 39.000 tarif ferry, kami mengarungi selat sunda selama 2 jam (diluar menunggu) dan tiba di Bakauheni Jam 07.00 Wib. Selepas Bakauheni saya membelokkan motor kekanan mengarah ke jalur Lintas Pantai timur dan akan kembali bergabung dgn jalur utama di Menggala, Peta Jalur Bakauheni - Palembang. Dibagian ini hujan & panas silih berganti hadir, benar2 merepotkan; karena harus berhenti membuka & memasang jas hujan. grrrrrrrr.. ababil nih hujannya..

Berbeda dengan di Flores yg auranya sangat damai, aman, nyaman & membahagiakan (selalu membuat tersenyum), beberapa daerah di Sumatra seperti; Lampung, SumSel & SumBar; auranya kebalikan; kita jadi cepat emosi, apalagi menghadapi ulah menyebalkan pengemudi2 motor lokal, mereka mengemudi dgn brutal, selalu memepet, menggerung gerungkan mesin disamping kita, menantang, zig zag didepan kita dll. Hal2 tsb sebenarnya sudah diingatkan oleh Om Chomenk Rahman (sahabat saya sejak kecil) agar saya tdk terpancing emosi di Lintas Sumatra yg banyak orang2 menyebalkan (dia baru saja pulang touring dari Sumbar), tapi tetap saja, akhirnya saya yg biasanya mengemudi dengan sopan, terpancing juga dan justru mengemudi lebih nekat, lebih brutal dari mereka, memepet balik bahkan berkali kali siap menabrakkan motor saya ke motor mereka, beberapa motor bahkan saya kirim ke gravel .

Jalur lintas pantai timur ini, hanya sedikit jelek pada 10km pertama dan sekitar 100meter (bukan 300 km ya) yg rusak parah..selebihnya sangat sangat mulus, hal mana justru membuat saya gregetan; karena tidak bisa ngebut (harus mengikuti Onez yg maksimal hanya 65 KPJ), saya sering terpaksa berhenti utk merokok, minum ngemil dll sebelum kembali gaspol utk mengejar Onez dan kembali membuntutinya. Ohh iya sejak dari Bakauheni sampai Sukadana, saya merasa seolah olah sedang di Bali, bangunan khas Bali & Pura banyak sekali menghiasi sepanjang perjalanan, umumnya orang2 Bali disini berasal dari Karang Asem dgn pengaruh Bali Aga yg cukup kental,, sehingga nuansa Balinya sedikit berbeda dgn di Gianyar, Tabanan & Denpasar yg lebih bernuansa Bali Majapahit..

Tiba di Sukadana, kami masuk ke bengkel utk mencari penyebab masalah pada motor Onez, tapi masalah tidak berhasil ditemukan, Begitu juga bengkel resmi Yamaha di OKI, SUmsel..masalah pada motor onez justru ditemukan oleh komunitas motor CB di Medan .

saat Touring ke Flores 2013, motor Onez juga mengalami masalah dan harus turun mesin di Batang, Jawa tengah, sehingga dia terpaksa melanjutkan perjalanan dgn menumpang bis. Awal penyebabnya selalu sama, dia selalu menservice motornya di Bengkel resmi Yamaha dan hasilnya selalu sangat2 mengecewakan. Saya sendiri sudah 3 tahun tidak mau service motor di Bengkel resmi Honda, jika ingin touring jarak jauh; karena pasti saja ada masalah sesudahnya. Bengkel resmi itu hanya mencari duit & bukannya membantu merawat apalagi mengatasi masalah. Tapi 4 jempol wajib saya acungkan buat semangat & kekuatan mental dari Onez ini.

Tiba di Menggala kami bergabung dengan jalur utama Jalinsum, kondisi jalur tsb ramai, bergelombang & banyak lubang.

memasukki kayuAgung, kemacetan Parah terjadi dan beberapa kilometer selepas kayuAgung, motor saya & Onez terkena ranjau paku, Untungnya saya sudah menggunakan "anti bocor" (bukan iklan capres loh ), saya hanya tertawa sambil mencabut dan melempar paku tsb ke seorang tukang tambal ban yg kami curigai sebagai pelaku, tapi ban motor onez bocor saat paku dicabut, padahal dia juga menggunakan anti bocor merk yg sama.

Jam 17.00 wib, akhirnya kami tiba di palembang, cukup cepat mengingat motor Onez bermasalah, hal tsb karena dia sangat jarang berhenti (saya saja yg berhenti & kemudian mengejar), jarang menggunakan rem termasuk saat memasukki tikungan..salut untuk skill riding anak muda satu itu, seandainya motornya normal & dia menggunakan mtr yg sama dgn saya, saya yakin tak akan mampu menempelnya.

Saat itu rombongan Joshua sudah menuju Jambi dan sudah hampir tiba di kota jambi. Joshua meminta saya agar segera lanjut ke Jambi menyusul mereka agar bisa bertemu dengan dia dahulu, karena besok subuh dia akan lanjut ke Sumbar (dia tdk ikut ke Sabang, karena cutinya hanya sebentar). Tetapi saya tidak tega meninggalkan onez sendirian di Palembang dgn motor yg bermasalah, Dia harus bertemu dahulu dgn org yg bisa membantunya, sebelum saya tinggalkan. Untungnya kita bertemu dgn anggota komunitas mtr di palembang yg esoknya siap mengantar ke Bengkel.

Kami menginap di Hotel Mulia Palembang @ 100rb /hari. Posisinya tepat didepan asrama haji palembang (arah ke Bandara), dimana parkiran motor sangat aman didalam hotel.

Sekitar jam 19.00 saya & Onez keluar penginapan, hendak explore Palembang sambil mencari makan. Saat di Jembatan Ampera, saya bertemu dengan banyak rekan2 baru, ada rombongan dari Bengkulu, Lubuk Linggau, Medan dan Jambi. Kesempatan ini saya gunakan utk memperkenalkan Forum Bikepacker yg ternyata disambut mereka dgn sangat antusias, karena didaerah mereka memang tdk ada komunitas tsb.

 "Foto2 di Kota Palembang": 
"Andini di Jembatan Ampera": 


"Sungai Musi dari jembatan Ampera": 


"Rekan2 dati Bengkulu": 


"Rekan2 dari Jambi": 


"air mancur di Kota palembang yg sepertinya meniru air mancu di Bundaran HI": 


sesudahnya kami sempat "rolling" di kota palembang sebelum kembali ke penginapan.

Hari ini benar2 sangat menyenangkan buat saya sekaligus menyedihkan, karena: rompi kesayangan saya, sarung tangan safety, 2 btl aqua, 1 btl pocari, 1 silver queen terjatuh & hilang entah kemana.

30 Juli 2014
 "Dongeng hari ke 2:": 
tanpa terasa, Jam 02.00 wib kami baru kembali ke penginapan, alamat terlambat bangun besok nih.

Sekitar jam 08.00 wib saya terbangun karena tlp dari Reno dgn posisi di Jambi yg mengatakan bahwa; jam 12.00 wib paling telat dia harus check out dari hotel, sedangkan Joshua & seorang rekannya sudah lanjut ke Sumbar...saya minta dia jalan saja duluan dan saya akan mengejar nantinya...sial seribu sial, saya kembali tertidur dan baru berangkat menuju Jambi jam 11.00 wib sendirian, sedangkan Onez akan kebengkel terlebih dahulu sebelum nantinya akan menyusul.Peta jalur palembang - Jambi - Rengat.

Jalur palembang Jambi ini beraspal sangat mulus tapi sangat sangat padat, untungnya sekalipun harus 3 kali berhenti (makan nasi, makan bakso & ngopi), tetapi karena solo riding waktu tempuh saya cukup cepat, jam 15.10 saya sudah tiba di Jambi, masalah terjadi; salah satu HP saya ternyata tertinggal di Penginapan di palembang, sedangkan satu lg chargernya jatuh dijalan, , untungnya saya ingat nama hotel tempat mereka menginap, lgs saya menuju hotel marisa dan ternyata Reno sudah check out sejak jam 11.48. Tidak masalah; Reno akan berhenti saat malam dan moment tsb akan saya gunakan utk mengejarnya, saya menyempatkan dahulu utk mencicipi pempek Jambi yg tersohor itu dan baru jam 16.20 melanjutkan perjalanan menuju Rengat, Riau.

*dibagian ini karena lupa menutup sidebag kiri; banyak barang lain yg juga jatuh, mayoritas adalah makanan, vitamin C dan obat2an (saya sedang sakit dan meminum antibiotik sejak 1 minggu sebelum lebaran)

Selepas Kota Jambi menuju Riau, akhirnya saya dapat merasakan nikmatnya touring kali ini, jalur sepi, mulus dengan tikungan2 yg mengasyikkan dan dikelilingin perbukitan, hutan & perkebunan kelapa sawit sangat menghibur saya, hanya saja setiap memasuki perkampungan saya harus extra waspada dengan banyaknya aneka ternak warga yg dilepas liar.

*FYI: Di beberapa daerah di Sumatra (terutama di Sumbar) kalau anda menabrak seekor hewan ternak betina, maka: ganti ruginya akan dihitung sampai anak-cucu hewan tsb yg akan lahir dikemudian hari, sehingga harga menabrak seekor ayam betina, misalnya; bisa sampai berjuta juta rupiah.

Saya Memacu Andini sendirian dan jarang bertemu kendaraan lain di bagian ini, sayangnya memasuki perbatasan Riau jalan hancur (sedang proses perbaikan) dan banyak jebakan betmen..dengan sisa2 bat hp saya menghidupkan HP dan membaca pesan kalau Reno sudah tiba di Rengat, Riau menjelang magrib..saya melanjutkan perjalanan dan inilah awal cuaca buruk yg terjadi dalam seluruh bagian Touring Lebaran 2014 ini. Keanehan alam mulai menampakkan tanda2nya, dimana angin bertiup sangat kencang menerbangkan banyak benda2 ditengah jalan (termasuk helm pengguna mtr yg akan saya dahului hehe)...saya harus extra hati2, karena ada beberapa pohon yg ikut bertumbangan. Sekitar jam 19.30 saya tiba di Rengat dan akhirnya bertemu Reno di sebuah penginapan ber AC seharga 150rb/hr yg posisinya hanya 100 meter dr bunderan Rengat.

sebenarnya Fisik saya masih sangat on fire utk melanjutkan perjalan, tapi benar2 beruntung saya, baru saja mendengarkan keluhan seorang warga ttg hujan yg 3 bulan tdk turun; tiba2 hujan turun dengan sangat sangat deras (salah satu hujan terderas yg pernah saya lihat). Kemudian saya jalan kaki ke sebuah rumah makan padang, keberuntungan kembali terjadi, pemilik warung satu kampung dgn nenek saya dari pihak ibu yg berasal dari Pariaman, Sumbar. Sehingga makan dgn 2 potong ayam, kopi susu, nasi 3 porsi hanya Rp 12.000 saja.


31 Juli 2014
"Dongeng hari ke 3:": 
Sekitar jam 08.00 wib saya dan Reno melanjutkan perjalanan menuju Pekan Baru dengan kecepatan yg cenderung santai, matahari masih malu malu kucing, Reno berada didepan dan sedikit masalah terjadi pada saya; mungkin karena pengaruh obat yg saya minum; saya terpaksa berkali -kali merapat ke sebuah pohon di pinggir jalan utk buang air kecil dan kemudian kembali ngebut (sambil menikmati touring) mengejar Reno yg sama sekali tidak sadar kalau saya sempat hilang beberapa kali dari belakangnya.

Sebenarnya tidak jauh dari kota Rengat ini ada tugu Khatulistiwa, tapi kami tidak menyadarinya.

Jalur lintas provensi Riau yg kaya raya ini karena bawah minyak & atas minyak (Kebun sawit yg sayangnya dikuasai pengusaha asing) cenderung jelek, bagian terburuk sepanjang lintas timur ini ada didaerah Bengkalis.

Jam 13.00 wib, kami tiba di Pekan Baru dan sempat tersasar di Kota yg benar2 bikin pusing ini.

"Masjid Raya Pekan baru yg seperti bangunan2 lainnya di PekanBaru; bercorak sangat Melayu": 






Perjalanan berlanjut ke arah Duri dengan kondisi jalan yg semakin jelek diiringi hujan gerimis yg mulai turun sampai akhirnya menjelang Magrib; Reno meminta kami utk istirahat & bermalam di sebuah SPBU terakhir sebelum pertigaan arah Dumai.

Kami mengunjungi sebuah warung di depan SPBU dan menghadapi keluhan warga ttg hujan yg sudah lama tidak kunjung datang, keajaiban kembali terjadi, belon kering bibir saya mengatakan bahwa hujan akan segera tiba dalam hitungan menit..HUJAN yg sangat lebat pun datang.

Disini saya berkomunikasi dengan Onez yg diluar dugaan saya sudah mendekati Duri juga, padahal masalah motornya ternyata tidak bisa diatasi di Palembang dan dia tetap melanjutkan perjalanan dgn motornya yg masih bermasalah.

menjelang tidur di SPBU ini, saya mendapat peringatan dari beberapa warga kalau SPBU ini banyak pencopet yg menyamar sebagai pemudik, sehingga saya & Reno memutuskan utk tidur secara bergantian. berkali kali berdatangan org2 yg menyamar sebagai pemudik, tapi kelewat bodoh; mana ada pemudik di malam yg dingin ini tidak mengenakan jaket, boncenger yg tanpa helm dan motor yg tdk memiliki plat nomor, hanya membawa sebuah daypack yg terlihat kosong . Mereka mengambil posisi pura2 tidur didekat kami tapi sambil merokok..Saya berpatroli berkali kali dan memutari SPBU sambil tiba2 muncul dari sisi belakang orang2 tsb tanpa mereka duga & berdiri tepat disamping posisi mereka yg tidur2an sambil menatap tajam ke mereka dgn cara yg mengancam, disini saya memberi pesan kepada mereka, seolah olah saya berkata: "Loe berani nyopet gw, bakal gw bunuh & mutilasi dgn cara yg kejam kalian". taktik ini terbukti berhasil, mereka tdk berani mengganggu kami (apalagi melihat tubuh Reno yg besar spt Bima dalam pewayangan dgn mengenakan celana TNI pulak), mereka hanya berani mengancam petugas SPBU. Tapi kami tetap cemas, kalau 2- 5 org saya & reno masih yakin mampu menghadapinya, tapi kalau keroyokan 1 kampung (lebih dari 10 org) kami tidak akan berdaya. belakangan saya dapat info; kalau modus pencopetan di beberapa tempat di Sumatra saat ini; sering menggunakan seorang wanita sebagai eksekutor. Jadi jangan tertipu kecantikan ya..!!


Tidak bisa tidur dengan nyenyak sekitar Jam 05.00 kami melanjutkan perjalanan, belakangan kami dapat info kalau Onez mencari kami & tiba di SPBU ini jam 08.00 wib (tp kami sudah jalan). Di Sumatra jam 05.00 ini masih sangat gelap, saya mengambil alih tugas RC didepan, tetapi cara ini tidak efektif; berkali kali saya kehilangan Reno di spion saya, dia memang night visionnya agak terganggu, sehingga saya harus menepi berkali kali utk menunggu, akhirnya saya putuskan utk berjalan disamping kanan Reno dgn menggunakan lampu tembak utk membantunya, saat muncul kendaraan dari depan, saya mematikan lampu tembak dan masuk di belakang Reno apabila selah utk 2 mtr bersisian mengganggu pengemudi dari arah berlawanan.

Disini kemudian muncul sedikit masalah, motor Reno maksimal hanya bisa sampai RPM 7000 maksimal, belakangan di sebuah bengkel ternyata, didapati penyebabnya adalah salah satu businya kendor.

"Sebuah pengeboran minyak yg posisinya di barat pertigaan ke Dumai": 


Memasuki perbatasan Riau dengan Sumut, saya yg baru saja berhenti utk buang air kecil dan sedang mengejar Reno kembali, tiba2 melihat sebuah jaket yg sangat saya kenal, jaket komunitas motor Dusbic, sejenak saya lupa sedang touring di sumatra dan berasa sedang di PD Kopi jakarta timur, saya mencari cari nomornya, apakah itu 003 (adeek), 005 atau 006..begitu saya sadar itu adalah "Onez" yg anehnya dgn motor yg bermasalah kehilangan power serta sempat kebengkel dahulu di palembang (saat saya tinggalkan), ternyata malah bisa berada didepan kami, apalagi kami start jam 05.00 dari Duri dan dia baru jam 08.00..spontan saya tepok punggungnya dengan keras sambil menyalipnya..hahaha..dia yg sedang mengamati Reno yg baru saja menyalipnya (tanpa sadar siapa yg disalip) KAGET setengah mati... #sorry haha. Sempat mengobrol sebentar akhirnya saya bilang "gw kejar Reno dahulu, nanti kami berhenti didepan". Setelah Reno terkejar, kami menunggu Onez dan merencanakan utk berhenti begitu bertemu rumah makan.

Kami makan di labuan Batu, Sumut, dan saat kami belum selesai makan, Onez lgs pamit untuk jalan duluan, dgn perhitungan motornya hanya bisa maks 65KPJ, kami akan cepat menyusulnya kembali. Disinilah awal kami kehilangan jejak Onez, kami tdk pernah bertemu kembali sampai kembali ke jakarta, berkali2 dihubungi tidak diangkat, belakangan kami tahu kalau ternyata HP nya bermasalah dan motornya akhirnya kandas sebelum diperbaiki oleh komunitas CB di Sumut, Dengan susah payah dia tetap memaksakan lanjut ke nol km dan tiba 2 hari justru sehari setelah kami kembali ke Banda Aceh dan akhirnya saat kembali motornya ditinggal di Jambi, sedangkan dia pulang ke JKT dgn pesawat terbang. 4 jempol utk tekad dan semangatnya, tapi saya tetap akan menjitaknya begitu bertemu lgs dengan orangnya (kemaren saat bertemu lupa mau jitak) hehe. Terus terang kami sempat panik, mencari cari mahluk tsb, bahkan kami sempat broadcast ke Komunitas2 motor di Sumatra dan sempat hampir meminta bantuan anggota RAPI utk mencari keberadaannya, karena tidak ada berita plat B yg kecelakaan, kami sempat berasumsi klo dia kena begal hehe. Sebelum akhirnya kami dapat info kalau dia akhirnya kena "portal" dan dikondisikan oleh komunitas CB di Medan. Bahkan menurut Onez dia sempat kaget begitu bertemu anggota Power di Banda Aceh yg langsung memeluknya, seolah olah bersukur melihatnya masih hidup. hehe. sepertinya Power Aceh sudah dapat Info dari Joshua yg juga anggota power Tanggerang yg memang yg memang sudah menyebarkan berita ttg "hilangnya Onez dari Radar".

Perjalanan dilanjutkan menuju Medan, Udara panas dan kepadatan lalulintas yg semakin sore semakin ramai, membuat kami cepat lelah dan sering break. Banyaknya Bentor (becak motor) & truk yg berjalan sangat lambat semakin memperparah kepadatan / kemacetan.

Akhirnya kami tiba di Medan sekitar jam 20.00 wib dan lgs menuju hotel medan residence yg sangat terkenal dikalangan backpacker lokal & mancanegara , seharga 75rb & 95rb /hari (kami memilih yg 95rb), sebenarnya ada hotel backpacker lain disampingnya yg lebih murah (50rb), tapi tempat tidurnya tingkat, jika sedang penuh kami terpaksa sharing room dgn org yg belum kami kenal.


Malamnya kami sempat berjalan jalan di Kota medan dan saya sempat berkenalan dgn seorang solo lady backpacker asal Slovakia bernama shasa dengan wajah mirip bintang Czech Porn , dia awalnya ingin explore danau Toba, tapi lgs tertarik ikut saya saat saya cerita akan explore Sabang dan kemudian baru Toba, tapi masalahnya tas carriernya yg sebesar karung beras 100kg membuat saya terpaksa menolaknya dgn halus utk memboncengnya.

2 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 5:": 

Jam 09.00wib kami bergerak menuju Aceh dari penginapan kami yg posisinya disamping Masjid raya & Istana Maimun. Peta jalur Medan - Banda Aceh

"Istana Maimun, Medan": 


Saat keluar dari Kota Medan menuju Binjai, saya melihat trip Ordometer saya sudah 2.063 km (itu termasuk muter2 di Palembang, Jambi, Medan, dan adegan tersasar di Pekanbaru), artinya saya harus segera ganti Oli, saat ganti oli ini kami dapat info, kalau hendak ke Aceh, tdk perlu masuk Binjai, lgs belok kanan di Bypass saja.

Secara umum kondisi jalur Medan - Aceh ini sangat mulus, apalagi di Prov Aceh nya..tapi lalulintas sangat padat saat itu.

Menjelang masuk Pangkalan Brandan, saya meng overtake Reno dan membuka jarak sejauh mungkin, karena saya hendak mampir ke ATM & Indomart, ternyata ATM di Pangkalan Brandan tidak ada uangnya, saya lanjut ke Kota berikutnya dan mendapat sms klo Reno juga sedang break. Alhamdulilah, setelah keluar masuk ATM di 4 kota kecamatan yg saya lewati, akhirnya ada juga ATM BRI yg ada isinya, perut sudah sangat lapar dan posisi saya saat itu sudah di Langsa, Aceh. Dengan memarkir mtr dipinggir jalan (agar Reno bisa melihat mtr saya), saya menghabiskan 2 porsi mie aceh + 1 porsi nasi + ayam bakar. Saya sempat tlp Dedi (barengan touring ke Flores th 2013 yg saat ini tdk ikut), karena Langsa ini adalah kampung dari Ayahnya hehe, sedangkan Dedi saat itu sedang Berada di Gombong, Jawa Tengah. yg merupakan kampung Ibunya.

Ternyata Reno Baru di Kuala Simpang (dekat perbatasan Sumut - Aceh), kami membuat janji utk bertemu lgs di Lhokseumawe.

Sekitar Jam 15.00 saya sudah tiba di lhokseumawe dan selama hampir 2 jam menunggu Reno; saya mencicipi 2 buah duren dan kopi Aceh yg kemudian membuat saya tdk bisa tidur malamnya di Banda Aceh . Luar biasa rasa duren Rimbo di Sumatra ini, benar2 membuat ketagihan..saya sempat berniat membeli 2 buah lg, tapi kekhawatiran akan tensi saya naik, membuat saya mengurungkan niat tsb. Benar saja sontak kepala saya pusing, saya lgs mencari ketimun utk memakannya, alhamdulilah setelah menghabiskan 2 buah ketimun, kondisi saya normal kembali.

Setelah Reno tiba, perjalanan kembali kami lanjutkan sampai Bireun dan kembali berhenti seputaran magrib utk makan, disini untuk ke 2 kalinya saya menyruput kopi Aceh dan utk ke 2 kalinya masalah kembali muncul; perut saya kumat. saya meminta Reno utk jalan terlebih dahulu dan setelah merapat di Toilet sebuah SPBU saya akan kembali mengejarnya.

Setelah saya mengejar Reno, saya berjalan didepannya dengan sangat santai, agar reno bisa mengikuti saya, tapi setelah bertemu dengan sebuah motor touring plat BL, saya membiarkan dia jalan didepan, sementara saya berjalan disamping kanan Reno utk memberikan bantuan lampu tembak.

Mendekati Kota Banda Aceh, jalur menjadi mengasyikkan dgn tikungan2 yg cukup seru, tapi angin berhembus sangat keras menerbangkan banyak benda2 ketengah jalan. Sekitar jam 23.00 wib, kami tiba di masjid Bayturrahman, Banda Aceh..

Masjid ini benar2 nyaman suasananya, memberikan kesejukan, kenyamanan, keteduhan dan kedamaian, Seperti punya aura positif yg sangat luar biasa, pantas saja masjid ini tdk hancur saat tsunami th 2004 dan konon setiap orang yg sudah menyentuh hal masjid saat itu, dipastikan akan selamat dari Tsunami, sekalipun bangunan disekitarnya luluh lantah.

 "Masjid Bayturrahan, Banda Aceh": 





3 Agustus 2014
"Dongeng hari ke 6:": 

Sekalipun suasana masjid Bayturrahman ini begitu sejuk untuk istirahat, tapi saya mencemaskan motor yg diparkir di luar, sehingga kami memutuskan pindah utk tidur di Indomart tak jauh dari Masjid, begitu keluar dari pagar masjid; suasana berubah 180°, aura premanisme sangat terasa di lingkungan parkir, salah seorang penjaganya berasal dari Semarang, Jawa tengah memberi jaminan keamanan buat motor2 kami, tapi kami tetap memilih pindah tidur.

Di Indomart ini saya sempat tertidur dan sekitar jam 03.00wib dibangunkan oleh seseorang yg bertanya: "apakah kami dari Club Motor Power (Pulsar Owner) yg akan Jambore di banda Aceh tgl 8 agustus?"..kami jawab: "bukan", Ternyata orang tersebut tak lain adalah: Bang Nazar Debus, seorang sesepuh biker di Aceh, mantan Aktifis (rekan dari Ratna Sarumpaet), Seniman (tamatan ISI, Yogyakarta) yg juga sering mentas diluar negeri, dan juga anggota RAPI (lupa..beliau juga PNS loh )..kami bercerita banyak dan kemudian diajak memutari Banda Aceh, sebelum diantar ke Pelabuhan Ulhee Lee. Bang Nazar ini adalah seseorang yg sangat seru, berwawasan luas & menyenangkan. *kalau ada pementasan seni di JKT, jangan lupa tlp kami bang, pasti akan kami jamu balik.

Di Pelabuhan ini kami dijamu oleh bang Nazar, saking asiknya ngobrol sampai ketinggalan Ferry yg pertama , kemudian Bang Nazar menitipkan kami kepada kepala pelabuhan, sebagai anak2nya hehe . Kami menaikki Ferry yg ke 2 jam 11.00 wib (lupa pastinya) dengan tiket motor + penumpang kelas bisnis = 75rb/org, kalau kelas ekonomi = 55rb./org + mtr.

*belakangan saya ketahui dari seorang biker yg juga memegang HT di Iboih, ternyata selama kami di sabang, Pantai Iboih, P Rubiah dll, segala gerak gerik kami selalu dipantau oleh Abang kita ini hehehe, biker tsb tahu dimana kami menginap, aktifitas kami dan kalau kami extend 1 hari lagi tinggal di Sabang (karena betah).

Hanya 2 jam waktu pelayaran dari Pel Ulhee lee, Banda Aceh ke Balohan, Sabang. begitu merapat, kami lgs menuju nol km via jalur yg melewati danau aneuk Laut, sayangnya kami kelupaan mengambil foto disini saking indahnya pemandangan di Sabang ini.


"Pemandangan di Sabang": 





Setelah makan di sebuah warung dgn pemandangan yg indah, kami lanjut menuju nol km, dan kali ini saya memegang kamera dgn tangan kiri sambil mengemudi motor, hasilnya:

"Menuju kilometer nol Indonesia": 



Akhirnya kami tiba di titik Kilometer Nol Indonesia. Saya jadi teringat ucapan seorang senior saya di Dunia petouringan;"buat seorang biker; ke kilometer nol itu ibarat naik haji, sedangkan umrohnya ke pontianak, sedangkan kalau sudah tembus dari Sabang sampai Kelimutu, Flores itu ibaratnya sudah menempuh pendidikan dasar selama 12 tahun (tamat SMA)" hahaha..tapi saya tdk akan berhenti sampai SMA saja, pelan2 saya akan menamatkan S1, S2 dan S3

"kilometer nol Indonesia": 
Setelah puas di titik nol kilometer, kami kembali ke timur, ke Pantai Iboih, pantai ini juga sekaligus tempat penyebrangan ke P Rubiah & P Rondo (titik sejati nol km Indonesia yg berbatasan lgs dgn kep Nikobar, India). Kami mendapat CP orang paling terpercaya utk membawa kami dgn speed boat ke P Rondo dan sempat bernegosiasi dgn harga 2,5 Jt PP utk maksimal 5 org penumpang, tapi cuaca buruk membatalkan niat kami. Belakangan kami juga tahu dari seorang anggota AL, bahwa kapal yg mengirim logistik utk Marinir ke P Rondo juga gagal berangkat karena kendala cuaca.

Di Pantai Iboih ini kami menyewa sebuah cottage seharga 250rb/hari yg sangat bagus di lantai 2 komplit dgn balkon nya dan view menghadap ke Pantai. Saya berniat nyemplung di Pantai ini sore itu, tapi cuaca buruk menghalangi saya. Akhirnya saya mencuci pakaian & menjemurnya...ternyata itu sebuah kesalahan; angin sangat sangat kencang yg terjadi di sejak, malam hari, bahkan sampai kami kembali esok lusanya, membuat kami harus siaga menjaga jemuran agar tidak terbang, tetapi tetap saja sebuah kaos kaki & sebuah celana terbang terbawa angin

 "Pemandangan dari balkon lt 2 penginapan kami di Iboih": 


"View Pantai Iboih dari Dermaga dimalam hari": 



Sebelum menutup dongeng hari ini, saya mau bercerita tentang kekaguman saya terhadap manajement pengelolaan pariwisata di Pantai Iboih & Pulau Rubiah ini:

01) Kita hanya perlu membayar 1 X restribusi masuk diluar, kemudian saat sudah didalam, bebas parkir dimana saja dgn aman tanpa terkena biaya parkir lg, hebatnya para juru parkir & petugas keamanan disini sangat sigap & awas mengawasi keadaan sekeliling.

02) disini ada satgas yg melarang siapapun melepas jangkar, menggunakan jaring atau bom ikan utk menangkap ikan, hanya boleh dgn pancingan biasa.

03) harga makanan disini relatif murah, bahkan harga 1 bungkus rokok Marlboro, lebih murah dibanding warung2 milik org kuningan di komplek saya di Bekasi.

04) Kesadaran warga lokal thd pariwisata dan menjaga alam sangat tinggi.

05) alat2 snorkeling disini selalu dicuci dgn sabun usai disewa.

06) sepertinya warga disini mendapat edukasi ttg pariwisata, laut & trumbu karang dari bule2 yg sudah tinggal bertahun tahun di tempat ini.

07) tidak perlu takut susah mencari barengan utk sewa perahu ke P Rubiah, karena disini systemnya beli tiket utk 1 org Rp 35rb PP dan kita akan diantar jemput ke P rubiah.

08) harga sewa alat2 snorkeling termasuk murah.

09) Saya merasakan suasana yg mirip dengan Gili Trawangan disini, tapi dgn harga2 yg lebih murah.

10) sejujurnya di tempat ini, saya jadi bawaannya hanya ingin bermalas malasan saja

4 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 7:": 

Hari ini saya bangun dengan harapan cuaca cerah, karena inilah puncak dan saat yg paling saya tunggu dari Touring Lebaran 2014 ini; "snorkeling time"..SIALLLLLLLL..cuaca buruk dan angin masih sangat dahsyat pagi ini. Segera saya mencari info penyebrangan P Rubiah, ternyata sewa alat2 snorkeling (Finn, Google, snorkel & vest) + antar jemput perahu PP = Rp 70.000. Segera saya kembali ke penginapan dan memberi tahu Reno agar bersiap siap.

 "Pantai Iboih di pagi hari": 


 "naik perahu menuju P Rubiah":  "sudah tepat disamping P Rubiah": 


 "Mendekati Dermaga P Rubiah": 


"Terlihat Kapal berbendera Thailand dari Dermaga P Rubiah": 


"View dari dermaga P Rubiah": 


Sesampainya di P Rubiah kami menitip barang2 di warung yg pertama dari arah dermaga, ternyata disini juga ada penyewaan Kam Underwater seharga RP 120.000 (ma'ngap CP nya ilang).

ga perlu banyak cerita ini hasilnya :

"Underwater P Rubiah": 



















Menjelang magrib kami kembali ke Pantai Iboih, itu juga kami sempat lupa waktu dan baru sadar setelah dijemput tukang perahu kami yg baik hati (sempat meminjamkan uang, sebelum kami kembalikan saat merapat di Pantai Iboih yg ada ATM).

Lami memutuskan extend 1 hari lg di Pulau yg indah ini, malamnya kembali kami bermain main di dermaga melihat orang2 mancing. 

mau tidak mau, suka tidak suka, kami harus mengakhiri liburan di Sabang ini & kembali kedaratan Sumatra, sebelumnya kami mengunjungi beberapa obyek wisata terlebih dahulu, seperti; pantai Gapang.Peta Jalur Nol Km-Iboih-Gapang-Balohan

langit seperti menangis menyaksikan kepergian saya dari P Weh ini, hujan dgn intensitas rendahpun turun (#lebay).

Cuaca buruk membuat kapal cepat tidak beroperasi, hanya kapal lambat, hal ini membuat antrian di dermaga Ferry cukup banyak, apalagi saat itu musim libur. Ferry kami akan brkt pukul 14.00 wib, tapi antrian panjang sudah terjadi jauh sebelumnya.

kami sempat berbincang bincang dgn seorang anggota TNI AL asal Jawa Timur di food court yg lokasinya tdk jauh dari tempat Bang Kidal. Saat itu kami banyak dapat info ttg kondisi pulau Rondo, cuaca dll, Nyesal rasanya tidak jadi nyebrang. Saran dari beliau ternyata cuaca di Aceh biasanya membaik setelah bulan Agustus tetapi tetap unpredictable. Itu sebabnya TNI AL juga belum mengirim Bantuan logistik untuk marinir yg berjaga di P Rondo tersebut.

"Pantai Gapang": 


"Mendekati Pelabuhan": 


"Selamat tinggal P Weh, semoga kita berjumpa kembali": 


Jam 16.00wib kami tiba kembali di Pel Ulhee Lee, Banda Aceh, kami sempat memfoto 1 dari 2 buah pesawat pertama RI pemberian rakyat Aceh buat Republik Indonesia

"Seulawah sebagai bukti kesetiaan & kebaikan rakyat Aceh kepada Republik": 


Kami segera mencari rumah makan, dan insiden memalukan terjadi di sini, konci motor saya masuk ke gorong2, sehingga menghabiskan waktu 1 jam dgn bantuan 10 org utk mengeluarkannya dari gorong2 tsb.

Kami menginap di Hotel Palembang, Banda Aceh yg terletak di JL. Khairil Anwar, No. 49 seharga RP 70.000 / hari. Malamnya saya mencoba kluyuran sendirian di Banda Aceh, siall..terkena hujan yg turun sangat deras, ditengah hujan saya menemukan Sate & sop Kambing milik orang Jawa (asal Surabaya) yg mebuat touring 2014 ini seperti dejavu dgn touring 2013, dimana saat itu kami makan sate + Sop di Ende, Flores dgn pemilik warung yg juga asal Jawa.

6 Agustus 2014
"Dongeng hari ke 9:": 
Hari ini perjalanan solo Touring saya dari Aceh menuju Jakarta via lintas barat dimulai, sangat menyenangkan, tapi saat harus membayar penginapan (tanpa kawan sharing cost) menjadi menyedihkan

jam 07.00 wib Reno meluncur menuju Medan ditengah hujan yg masih turun dari semalam, sedangkan saya harus menunggu toko buka terlebih dahulu utk memperbaiki memory card kamera sekaligus membeli memory baru (memory saya sudah penuh, tdk bisa digunakan lagi ) saya berencana utk bertemu kembali dgn Reno di Sipiso Piso, Sumut. Selain itu saya juga akan melewati jalur yg berbeda dgn Reno, saya akan memutar via lintas barat (lebih jauh tapi penuh tikungan & pemandangan yg lebih dahsyat), sedangkan Reno kembali via Lintas timur, yaitu jalur yg sama dgn saat kita berangkat. Sampai jam 11.00 saya tidak mendapatkan tempat yg berhasil memperbaiki memory card tsb (bahkan kelupaan memberi memory card pulak), akhirnya saya terpaksa melanjutkan perjalanan lewat jalur Lintas barat ini ternyata berliku, lebih jauh sekitar 200km dan berat pada awalnya melintasi pegunungan, tapi kemudian mulus sampai Meulaboh-Tapaktuan-Sidikalang, beberapa bagian bahkan bisa memacu motor sampai top speed. Hujan deras turun tanpa henti disertai banjir yg kemudian terpaksa saya hadapi dibeberapa daerah dataran tinggi pulak (terutama saat sudah masuk Sumut) dan demi mengejar Reno yg brkt 4 jam lebih awal via jalur yg lebih pendek serta cepat pulak, maka: saya terpaksa jalan siang - malam nonstop (hanya berhenti utk makan & isi Bensin). Saya dapat Info kalau Reno telah tiba di Medan sekitar jam 22.00 wib dan akan menginap dahulu sebelum lanjut ke Sipiso piso Aceh - Sumut (via Barat)

7 Agustus 2014 
"Dongeng hari ke 10:": 

Tiba di Sidikalang, saya melihat banyak sekali pohon duren, dengan bau harum yg sangat menggoda, tapi tidak terlihat yg jualan, mungkin karena masih terlalu pagi.

selepas Sidikalang, sebenarnya saya sudah dekat ke tujuan saya, yaitu Sipiso-piso, Tongging, tapi sebelumnya saya ingin menuntaskan cita2 saya sejak dahulu, yaitu: "Ingin ngopi bareng Andini (mtr saya) di Brastagi. Akhirnya jam 10.00 wib setelah riding selama 23 jam siang malam tanpa tidur dari Banda Aceh, melewati daerah yg dinginnya menusuk tulang dimalam hari ditengah hujan deras berbonus banjir; saya tiba di Brastagi", mampir sebentar ke sebuah toko utk membeli memory card kamera agar kamera kembali bisa digunakan, saya terus bergerak mencari warung yg posisinya tertinggi ke arah Sibolangit (sesuai rekomendasi teman saya). Ohh iya di dataran tinggi Sumut ini para pengemudi mobilnya sangat baik hati, tanpa memintapun, saat mereka menengok spion dan melihat saya menempel dibelakang, mereka langsung menepi utk memberikan jalan kepada saya mendahului mereka..warga lokal juga sangat2 ramah..suasananya benar2 mengingatkan saya akan dataran tinggi di Bali. #mauliate Godang...

 "Brastagi": 


Dari Sini saya langsung menuju Sipiso -piso, tapi tdk lewat kota Brastagi, saat tiba di tugu jeruk, saya belok ke kiri dan akan bertemu dgn Kec Tiga Panah, dari sini lanjut sampai Merek.

Beberapa kilometer sebelum sipiso piso, tiba2 saya melihat plang ini:

"Palng sipiso piso": 


Tidak ada satu orangpun utk bertanya, sampai akhirnya rasa penasaran saya membuat saya memasuki jalur itu yg ternyata off road & makadam, ditengah tengah jalan terlihat bekas2 camping spt api Unggun, bungkus mie instan dll. Saya terus naik keatas kira2 4km sampai jalan makin kecil makin kecil dan ditumbuhi alang2 yg sangat tinggi. Akhirnya motor tdk mungkin terus lg, karena buntu. saya ingin tinggalkan motor utk lanjut trekking ke atas bukit, tapi masalahnya tdk ada satupun manusia utk diminta menjaga motor saya, ditambah pohon2an tinggi & alang2 tinggi menghalangi pandangan saya utk mengawasi motor kalau naik keatas, akhirnya saya dengan susah payah berhasil memutar balikkan motor dan turun kembali kebawah kira2 1km ada belokan kekiri, lgs saya masuki. Jalan ini sedikit besar dan akhirnya tiba disuatu tempat yg membuat saya speechless saking indahnya, sebenarnya ada jalan lg utk trekking keatas bukit, tapi tanahnya yg kurang stabil, membuat saya malas utk mengambil resiko trekking yg ternyata ini adalah jalur di sisi sebrang dari jalur yg tadi kearah bukit.

"View Danau Toba dari puncak sipiso piso": 






Setelah puas saya kembali turun, saat sudah dibawah saya memeriksa bracket Box abal2 saya, yg sudah menjadi kekhawatiran saya sejak berangkat dari JKT, dan ternyata..retak

Sejak dari JKT saya selalu berhasil menghindari Lobang dijalan dan selalu pelan2 saat melewati jalan rusak atau bergelombang, tapi apa daya keingin tahuan yg berujung offroad dijalan super makadam, akhirnya nyerah juga bracket box saya. Untungnya saya membawa daypack, segera saya pindahkan barang2 dari box (agar tdk berat), kemudian menarunya ditas dan mengikat di bangku belakang notor saya. Jelas hal tsb menjadi merepotkan, karena box saya berisi barang2 keperluan motor, seperti: konci2, part cadangan, jas hujan, kanebo, cairan pembersih kaca helm, chain lub dll yg harusnya bisa dengan mudah / cepat saya keluarkan sewaktu waktu, Sedangkan pakaian dan barang2 keperluan saya ditempatkan di 2 buah sidebag.(belakangan saya ketahui, penyebab lain patahnya bracket box, ternyata setelah saya timbang total barang2 di box, beratnya mencapai hampir 5 kg, sedangkan yg di 2 sidebag tdk mencapai 3kg).

Perjalanan saya lanjutkan sampai mendekati gerbang air terjun sipiso piso, kembali berhenti karena ada view yg menarik:

"View Danau Toba dari dekat gerbang Sipiso piso": 



Di tempat ini saya berkenalan dengan beberapa orang wisatawan asal Medan yg ternyata justru sama sekali tidak tahu ttg puncak penatapan Sipiso piso.

Melanjutkan perjalanan & tiba di Parkiran sipiso piso, saya menitipkan motor & barang2 disebuah warung yg dijaga oleh seorang ibu2 istri dari kepala parkiran (karyawan DisHub Tanah Karo) yg usianya sudah 71 tahun tapi masih terlihat gaul & gagah. Cuaca cukup baik saat itu, sinar matahari dengan semangatnya menyinari dataran tinggi yg dingin tsb, hal ini saya gunakan utk menjemur jaket, sepatu, kaos kaki, jas hujan & pakaian saya yg basah kehujanan sejak dari Aceh. Dari seorang ank muda penjaga parkiran, akhirnya saya mendapatkan sebuah barang kecil yg sebenarnya wajib dibawa saat trip / touring; "Jepitan pakaian" (biar tdk terbang saat dijemur) hehe.

Air terjun Sipiso Piso ini terletak di Desa Tongging kec Merek, kab Tanah Karo, memiliki ketinggian 135 meter (sekali lagi: bukan 300km ya... klo 300km artinya puncak air terjun sudah sampai pada Lapisan ke 2 Ionosfer , tepatnya lapisan udara Appleton ), merupakan air terjun no 4 tertinggi di Indonesia. Tidak usah takut mengunjunginya, sekalipun bakal ngos ngosan karena tangganya banyak & terjal, tapi medannya sudah tdk se extrem sebelumnya, karena sudah dibuatkan tangga2 tsb, tapi saya tetap menggunakan jalur lama yg lebih pintas saat naik. Kawasan sipiso piso ini memiliki suhu & ketinggian yg kira2 sama dengan dataran tinggi Dieng.

"Air Terjun sipiso piso": 








Setelah sangat puas dibawah dan mendapatkan banyak kawan baru, saya kembali keatas ke warung Tarigan, disini saya bertemu kembali dgn Reno yg baru saja hendak turun. Sambil menunggu Reno, saya banyak berbincang bincang dengan pasangan Tarigan tsb yg sangat sangat ramah, bahkan memaksa saya utk menginap gratis di warungnya yg mana memang sudah disiapkan utk menginap rombongan, bahkan dilengkapi selimut yg dibawa mereka dari German saat mengunjungi putri mereka yg menikah dgn org German. Bapak & Ibu Tarigan ini secara tidak sadar telah membuka hati saya utk bekerja tulus tanpa pamrih dan jujur dalam rangka pengabdian kepada orang2 yg membutuhkan & Negara umumnya. Keanehan yg berulang dalam trip kali ini terjadi: saat mereka mengeluh ttg hujan yg 3 bulan tidak kunjung tiba (sampai tomat & kentang mati), saya lgs mengangkat tangan spt Dewa Indra & mengucapkan sebuah mantra (ehh bohong deh ) Tiba2 hujan turun dengan derasnya (yg ini benar ).

Menjelang Magrib Reno & saya meninggalkan tempat ini, ternyata Reno ingin mencicil perjalanan pulang ke Jakarta dengan lgs mengarah ke Tebing dan akan kembali melewati Lintas timur sebagai jalur terpendek & tercepat. Disini kami berpisah, saya akan melanjutkan explore di tengah & barat. Sebelum berpisah saya mengingatkan Reno agar jalan saat terang saja & break begitu gelap tiba.

Setelah berpisah dgn Reno saya memutuskan utk menginap di Merek yg dingin & nyaman ini, penginapan yg saya tuju terletak di jalur utama Merek - Sidikalang. Penginapan milik seorang Karo & memiliki 1 karyawan berdarah batak Toba yg gaul plus menyenangkan ini cukup hangat & nyaman seharga 70rb.

selesai saya mandi Hujan deras kembali turun membuat suhu udara menjadi benar2 dingin, tiba2 datang seorang biker dgn knalpot racingnya yg lgs merapat ke penginapan...ternyata itu adalah lady biker "boru batak" yg baru saja menengok keluarganya di P Samosir dan hendak menuju Medan, ternyata dia juga saat itu baru pertama kalinya keluar P Samosir lewat darat (tapi terpaksa bermalam dahulu di merek, karena hujan deras & sudah gelap) . Satu hal yg membuat saya selalu tertarik & senang memiliki pasangan Borbat sejak dahulu; selain rata2 cantik & memiliki mata yg indah, boru batak memiliki mental & kekuatan hati yg sangat tangguh

Saat hujan sempat reda, saya mengajak BorBat tsb utk mencari makan dan diluar dugaan; kami menemukan mobil Pickup yg membawa Duren sidikalang hendak ke Medan sedang makan juga, tanpa basa basi langsung kami tawar 8 buah duren berukuran besar dan kami bawa ke penginapan. Di Penginapan Kami mengajak karyawan & pemilik penginapan utk pesta duren dan bir diiringi lagu "Didia Rokkaphi" .yg kami nyanyikan dengan lantang tapi fals .

Permainan kartu sempat kami lakukan ditengah hujan & dinginnya udara, tapi karena selalu kalah dr 3 peserta lainnya (Tapi saya tidak nuduh dicurangi & protes loh ), akhirnya saya memutuskan utk tidur.

Ohh iya selain saya, boru batak tsb, pemilik & penjaga penginapan; hanya ada 1 kamar lg yg terisi sepasang ank muda belasan tahun yg menghuni penginapan tsb tapi melihat cewenya berjilbab, saya ragu mengajaknya ikut "pesta" (apalagi ternyata mereka hanya 2 jam saja di penginapan). 

8 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 11:": 

Peta Jalur untuk hari ini: Peta Jalur Merek-Tele-Samosir

Jam 06.30 dengan kepala yg masih pusing saya melanjutkan perjalanan menuju Tele, karena saya hendak masuk P Samosir via darat (P Samosir itu tdk murni pulau), jam 06.30 ini di Sumut mirip dengan jam 04.30 di Jawa, masih gelap dan udara sangat dingin yg memaksa saya melapis jaket saya dengan jas hujan yg tebal, selain itu memang sedang gerimis. Saya mengarah ke Sidikalang-Dolok Sanggul dengan jalur yg sangat mulus penuh dgn pemandangan indah serta tikungan menantang, tapi kemudian sesudah belok kiri kearah Tele-Pangururan jalan menjadi sedikit jelek, Saat melewati perbatasan kab Tanah Karo dan Kab Dairi ada sebuah perasaan sedih hendak berpisah dgn tanah Karo yg terlanjur saya cintai ini..sampai disebuah pertigaan ada plang (selamat datang kab Wisata Samosir).

Ohh iya: sebelumnya didekat Kota Kec Sidikalang, saya sempat mencoba icon lain dari sidikalang selain duren, tak lain "kopi sidikalang" yg ternyata rasanya lebih dahsyat dari kopi Aceh, saya sempat membeli 2 bungkus utk dibawa ke Jakarta, sayang tertinggal saat makan di sebuah warung

Sepanjang perjalanan saya sempat mengambil beberapa foto, tapi lupa lokasinya, yg pasti itu antara Merek-Sidikalang-Dolok sanggul tapi belum sampai Tele:

"View sepanjang jalan dari Merek menuju Tele": 




kalau ini saat sudah tiba di Tele, tertulis di monumen tsb, bahwa yg membangun gardu pandang Tele ini bermarga "Sinaga", tarif masuk + parkir seharga Rp 2.000 dimana yg menjaganya, seorang wanita berusia 30an dengan wajah mirip seorang rekan saya boru batak di Bekasi, hehehe. Saya teringat ucapan Brian May (Gitarisnya Queen) Saat hendak menyanyikan lagu "39", bahwa 30 tahun dia tidak berkunjung e suatu tempat, tapi wajah2 tsb terlihat sangat familiar dengannya padahal saat dia terakhir ke tempat tsb, orang2 tsb bahkan belum lahir..begitupun yg saya rasakan, saya belum kenal atau bahkan belum pernah ke tempat tsb sebelumnya, tapi banyak tempat & wajah yg terlihat sangat familiar (berikutnya akan saya ceritakan ttg kemiripan org2 yg saya jumpai dgn teman2 saya di P Jawa).

"View dari Gardu Pandang Tele": 






Perjalana di lanjutkan menuju Pangururan, P Samosir. jalanan menurun berkelok dan sangat curam, tapi memiliki view sangat yg indah. Setelah melintasi sebuah Jembatan, akhirnya saya tiba di Kota Kec Pangururan yg merupakan Ibukota dari Kab Samosir, Samosir ini memiliki 9 kecamatan; 6 diantaranya ada di P Samosir & sisanya ada di lingkar luar danau Toba. Memasuki P Samosir tujuan pertama saya adalah musium batak Dance, ketertarikan saya akan asal usul & budaya batak, membuat saya lama berbincang bincang dengan seorang bapak tua yg sayangnya kurang fasih berbahasa Indonesia, untungnya saya dibantu seorang wanita muda baik hati yg juga lama tinggal di jakarta dan wajahnya juga mirip dengan seorang sahabat saya boru batak yg tinggal di Bandung, hanya bahunya tidak bidang seperti rekan saya tsb, yg sekalipun terlihat "gagah" sbg wanita tapi berhati lembut, polos & baik hati hehehe.

Saya Sempat mendengar cerita ttg Begu Ganjang juga loh, plus Agama Parmalim yg merupakan agama asli indonesia sama spt Sunda Wiwitan (Baduy, Ciptagelar dll di Jawabarat), Danom Kaharingan (Dayak), Wektu Telu (Sasak) dll.

"Musium Tradisional Batak di P Samosir": 










"Dongeng hari ke 11:": 
Saat hendak melanjutkan perjalanan, masalah yg biasa saya hadapi kembali terjadi; "konci motor saya hilang"..yasudah saya minta tolong anak2 kecil disitu untuk mencarikannya, dengan janji akan saya berikan imbalan, saya kemudian melanjutkan ngobrol2 santai dengan wanita tsb yg ternyata juga sangat tertarik dengan dunia traveling.

30 menit kemudian konci saya berhasil ditemukan terjatuh tidak jauh dari pos restribusi ..saya lgs berikan uang buat hadiah kepada anak2 tsb dan lanjut. Saya sempat mengunjungi kebun raya samosir yg merupakan kebun raya ke 2 di Indonesia setelah kebun raya Bogor serta beberapa tempat lain, sampai bat kamera saya tewas..untungnya saat hendak menyebrang kembali ke Prapat berhasil mendapatkan bat baru di sebuah warung.

"P Samosir": 






Puas menjelajah P Samosir, sekitar jam 18.00wib (disini jam 18.00 masih terang) saya menuju dermaga Tomok utk menyebrang kembali ke Prapat. Jika menggunakan Ferry maka akan membutuhkan waktu 1jam, sedangkan dengan Perahu bermesin Fuso hanya 1/2 jam saja. Ohh iya mengapa saya memutuskan tdk menginap di Samosir. karena penginapan di Tuk Tuk atau Tomok relatif mahal, sedangkan saya hanya sendiri tanpa rekan share cost, selain itu agar saya bisa mencapai Bukit Tinggi esok harinya, sebelum terlalu gelap. penyebrangan motor + orang ternyata hanya RP 13.000.

Di dermaga ini saya mendapatkan banyak kenalan baru & informasi, diantaranya seorang asal Kisaran yg punya villa & kebun di Dekat Tomok..bapak ini berwajah mirip mantan Pangab RI yaitu: Jendral Purn Wiranto hehe, selain itu ada seorang pemuda Samosir yg tinggal di Balige, 2 org ladies Backpacker asal medan & Bandung, ABK, petugas dermaga dll.

"Nyebrang Tomok - Prapat": 
Sesampainya di Prapat, saya sempat mencari penginapan, dengan maksud awal, agar tidak kehilangan pemandangan indah saat menyisir danau toba dari Prapat sampai Balige, ternyata mahal2..yasudah, setelah makan disebuah tempat dengan view yg indah, saya melanjutkan perjalanan menuju Balige..penyesalan terbesar saya dalam trip kali ini, sepertinya saya melewatkan keindahan sisi luar Danau Toba (karena sudah gelap), akhirnya utk menutupi kekecewaan saya ngebut gila2an saja di jalur ini sambil menikmati setiap tikungan karena sudah tidak bisa tengok tengok & memfoto pemandangannya.

Tiba di Kota Balige, kota ini cukup ramai dan sangat bernuansa Batak Toba, termasuk ada pasar tradisional dipinggir jalan dgn bangunan khas Batak (ma'af tdk sempat foto2). di Balige ini sebenarnya juga ada air terjun tertinggi di Indonesia, yaitu "Sigura gura" sayang saya tdk sempat mampir.

Akhirnya saya mengambil penginapan tdk jauh dari pasar yg cukup nyaman seharga 100rb..saat hendak reservasi..saya sempat KAGET setengah mati melihat pemiliknya seorang wanita muda Batak cantik & lembut yg hampir 100% mirip teman trip saya yg juga berdarah Batak Toba yg tinggal di Cakung, Jakarta timur (*semoga orangnya ga baca) #Sumpah dari wajah, bentuk tubuh, suara, gaya dll Mirip kek kau kali Ito..hehehe.

Hal unik lainnya dari kota balige ini adalah, bentor nya menggunakan Vespa.

Saat saya hendak mencari makan, tiba2 muncul beberapa bikers Sumut, yg langsung menculik saya ke sebuah Cafe terapung (alamat ga bisa bangun pagi lagi nih besok)..tapi Cafe tsb kerenn abis, dan bisa request lagu..seperti biasa saya request lagu batak favorit saya "Didia Rokkaphi". Ohh iya disini kami go Dutch (bayar sendiri sendiri), karena prinsip touring saya tidak pernah mau menyusahkan tuan rumah.

9 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 12:": 
jam 06.30 wib saya sudah meneruskan perjalanan, sejujurnya masih sangat ngantuk & lemas, tapi saya sama sekali tidak dalam pengaruh alkohol, karena malam tadi, saya sama sekali tidak menyentuh minuman beralkohol. Perjalanan awalnya menuju Tarutung, dan sampai disebuah pertigaan dimana yg kekiri ke Sipirok-Padang-Sidempuan dan yang terus ke Sibolga..

Keduanya merupakan jalur utama yg lewati bis, Saya ingin mencicipi jalur Tarutung - Sibolga, tapi ingin juga melewati daerah Sipirok - Rao - Bonjol dll yg merupakan obsesi saya sejak SMP setelah membaca buku Tuanku Rao Yg bercerita tentang salah satu sejarah kelam bangsa kita.

Akhirnya setelah bertanya dengan seorang polisi, saya memutuskan utk ke Sibolga dahulu dgn jarak 62 Km (2jam waktu Tempuh) baru kemudian kembali ke Tarutung utk menuju Sipirok. benar saja, ternyata waktu yg saya butuhkan utk PP Tarutung - Sibolga sejauh 124 km hanya 3 jam saja.


menjelang memasuki Kota Sipirok, saya melihat jalan yg mirip di Nagrek, jawa barat, dimana bukit dibelah

 "Sipirok yg mirip Nagrek": 


Memasuki Madina (Mandailing Natal), saya sempat tertawa mendengar warga banyak yang memasang lagu lagu minang, saya jadi teringat alm nenek saya dari pihak Ibu yg berasal dari Pariaman, Sumbar. Memang orang Batak mandailing ini memiliki kedekatan karakter & budaya dengan orang Minang, karena dekat perbatasan Sumbar, umumnya mereka juga menguasai bahasa Minang.

Berbeda dengan hari2 sebelumnya, hari ini cukup terik, sehingga akhirnya saya berhenti disebuah sungai utk membasuh wajah dan bersantai sejenak

"Sungai di MaDiNa": 


Selesai main di Sungai, saya menuju ke sebuah warung yg tepat disebrangnya, dari perbincangan dengan seseorang saya mendapat info kalau sungai ini biasanya airnya deras dan dalam, tapi karena sudah 3 bulan tidak turun hujan, maka jadi seperti itu....Spontan saya lemas mendengarnya, karena sudah mengetahui apa yg sebentar lagi akan terjadi, saya menengok ke Gunung Sorik Marapi yg sejak saya masuk Kab Madina ini sampai posisi saya saat itu tinggal 30km lg menjelang perbatasan Sumut - Sumbar terlihat cerah & sangat jelas, tiba2 nyaris tak terlihat lagi dan gelap..padahal saat itu baru sekitar jam 15.30 wib, terbayang saya harus melewati daerah dataran2 tinggi yg dingin dalam keadaan sepatu, kaos kaki & pakaian basah (saya memang tidak menggunakan sepatu boot utk touring lebaran ini, karena biasanya udara selalu cerah di Bulan Agustus) . Benar saja hujan intensitas sedang segera turun dan alhamdulilah berhenti saat saya memasuki perbatasan Sumbar.

 "view dekat perbatasan Sumut-Sumbar": 


Memasuki Sumbar saya berhenti di sebuah Tugu tokoh yg saya sebut sebelumnya; Tuanku Rao

"Monumen Tuanku Rao": 


Setibanya di Lubuk Sikaping, saya kembali berhenti:

"Lubuk Sikaping": 



Perjalanan berlanjut dan saya tiba di Tugu garis khatulistiwa dibonjol

"Monumen Khatulistiwa, Bonjol": 


Perjalanan berlanjut dan sekitar jam 19.30 saya tiba di Bukit tinggi, disini saya mengambil penginapan seharga Rp 100.000/hr (tadinya 150rb, tapi setelah mengetahui Ibu saya orang minang, maka 50rbnya dikembalikan), penjaga penginapan ini mirip dengan Sutan Syahrir salah seorang bapak bangsa kita. Di Kota kelahiran bung Hatta ini saat itu sangat ramai karena bertepatan dengan Malam minggu dan saat makan di sebuah Cafe, saya sempat bertemu dengan beberapa traveler asal jakarta, Bandung, Pekanbaru dll

"Bukit Tinggi": 



10 Agustus 2014
"Dongeng hari ke 13:"

Jam 07,00 wib saya sudah melanjutkan perjalanan ditengah hujan gerimis, tujuan pertama adalah Danau Maninjau, kemudian dilanjutkan ke Padang Panjang yg juga merupakan kota Hujan di Sumbar spt Bogor di Jawa Barat, hujan dengan derasnya turun disini, saya baru menyadari saya kalau trip ordometer saya sudah 2.750km sejak terakhir kali saya ganti oli dalam perjalanan berangkat di Medan, artinya sudah lewat 250km. Susah sekali mencari oli yg 1 liter atau lebih disini, saya yg biasanya menggunakan FEDERAL XX, akhirnya terpaksa menggunakan Enduro racing yg beli di SPBU, oli yg jelas terlalu encer buat motor tua saya.

Dari Padang panjang, saya lanjut ke Danau Singkarak dan langsung menuju Padang via Solok. BukitTinggi - Padang - Painan dibawah ada beberapa foto yg saya ambil..

 "Maninjau-Singkarak-Solok-Padang": 




Selepas Solok turun sederas derasnya hujan yg bukan hanya membasahi sepatu & kaos kaki tapi juga seluruh badan, karena saya tdk sempat menggunakan jas hujan, yasudah lanjut saja tanpa jas hujan, lagipula saya mulai bosan memakai & melepas jas hujan hanya karena hujannya spt ABABIL, kali ini hujannya sangat lama, sangat deras disertai bonus banjir pulak grrrrr Gak peduli tetap saja saya ngebut . Tiba di Padang, Saya menuju Pantai Aer manis terlebih dahulu, kemudian menuju Teluk Bungus dan sempat memfoto view selepas teluk Bayur sambil menjemur sepatu, kaos kaki, jaket & pakaian.

"Pantai Aer manis, Padang": 



"Antara Teluk bayur & teluk Bungus": 




Saya kemudian menuju Teluk Bungus dengan niat utk menyebrang ke P Pagang, kalau tidak bisa hari ini, besoknya juga tidak masalah, ternyata gelombang sedang sangat tinggi ditambah sulit utk mencari barengan yg bisa diajak sharecost. Akhirnya saya bertanya kapal cepat ke P Mentawai, berita buruk kembali saya dapatkan, klo kapal cepat tdk beroperasi dikarenakan tingginya gelombang, ada juga ferry yg entah butuh berapa jam ke Mentawai, klo kapal cepat hanya 6jam saja...mau tgl berapa saya kembali ke Jakarta??? Akhirnya saya putuskan utk melanjutkan perjalanan ke arah Painan dan berhenti disebuah warung dengan view teluk Bungus dan 1 foto lg sudah masuk daerah Painan

"Antara Padang - painan": 



Perjalanan saya lanjutkan menuju Painan dan hujan super duper deras (yg terderas dalam touring kali ini) turun dengan asiknya, saya yg memang terlanjur sudah basah, memutuskan tidak menggunakan jas hujan. Jalan berliku, longsor, banjir dan aspal tertutup tanah longsor serta galian, membuat banyak pengendara motor lain yg tergelincir serta jatuh..saya benar2 harus full konsentrasi, sekitar jam 19.00 wib saya tiba di Kota Painan, dan langsung masuk ke sebuah penginapan seharga 100rb /hari (awalnya 120rb, tapi spt di bukit tinggi; 20rb dikembalikan ke saya saat dia tahu saya ber Ibu minang merangkap penjelajah nusantara, bahkan diberikan nasi bungkus).

Penjaga penginapan saya kali ini mirip dengan rekan saya pemilik warnet di Bekasi ..ohh iya: parkiran penginapan ini ternyata juga banjir 30cm, untungnya tidak masuk kekamar, penjaganya bilang, disitu banjir baru kali ini..hmmmmmm bo'ong lu..Konci motor saya juga kembali sempat hilang disini, untungnya ditemukan oleh sang penjaga..sial kembali..rmh di sebelah penginapan saya korslet dan terbakar, hal tsb mengganggu kenyenyakan tidur saya.

11 Agustus 2014
"Dongeng hari ke 14:": 

Jam 09.00 wib Dengan sepatu serta kaos kaki yg masih basah (termasuk kaos kaki cadangan juga) saya memulai perjalanan menuju Bengkulu Painan - Muko2 - Bengkulu . Sebelumnya saya sempat mampir ke Pantai di painan yg cukup terkenal yg ternyata biasa saja.

 "Pantai di painan": 


Selepas painan, musibah nyaris saja terjadi, saya yg menikung dengan kecepatan sekitar 100 kPJ diaspal yg mulai mengering tiba2 motor oleng, karena ternyata ada tumpahan solar..untung saya bisa mengatasi keadaan..Tumpahan solar dijalan memang paling berbahaya di Lintas barat sumatra, karena ada di banyak tikungan, seandainya jalan basah total malah akan jelas terlihat, karena kalau terkena air tumpahan solar akan berwarna spt pelangi, tapi kalau dijalan yg nyaris kering atau kering malah samar dengan warna air biasa, 3 kali saya nyaris tergelincir karena tumpahan solar tsb, yaitu: di jalur antara Prapat - balige, Painan - Muko2 dan terakhir di jalur Manna - Bintuhan.

Jam 13.00 saya sudah tiba di Muko2 dan memasuki Prov bengkulu ini kondisi jalan buruk; berlubang dan ada beberapa bagian yg malah tidak beraspal sama sekali...belum lagi beberapa ruas jalan yg tinggal setengah karena terkena abrasi. Tapi tikungan2 nya sangat menghibur saya. Muko2 ini bahasanya cenderung mirip bahasa Padang dan banyak sekali transmigran asal Jawa disini, beberapa diantaranya menjadi pekerja di kebun2 sawit.

"Jalur Muko2 - Kota Bengkulu": 

Jam 19.00, saya tiba di Kota bengkulu dan menghubungi sepupu saya Rahmat yg tinggal dekat UNIB (universitas negeri Bengkulu), awalnya saya hanya berniat bertemu sebentar sebelum melanjutkan perjalanan, ternyata bracket Box saya akhirnya menyerah & patah menghadapi jalan hancur antara Muko2 - Kota Bengkulu, terpaksa saya harus menginap dahulu di Rmh rahmat setelah sebelumnya diajak ke Bengkel milik anak Club CB di Bengkulu; Sony, Saat esoknya saya berputar putar Bengkulu dengan kendaraan plat merah milik Rahmat, sony inilah yg mengelas bracket Box saya..tengkiu bro.

malam itu saya ngobrol dengan Rahmat dan istrinya sampai pukul 02.00 dinihari

12 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 15:": 
Jam 06.00 saya & Rahmat sudah bangun dan bersiap mengantar Salbita putri rahmat yg sudah kelas 6 SD untuk berangkat ke Sekolah, setelah mengantar ke Sekolah kami mengunjungi Pantai panjang, yg ternyata garis pantainya sudah tidak terlihat lagi karena tertutup air laut, sampai pohon2 dipinggir pantai juga banyak yg tumbang terrkikis gelombang. Ombak benar2 dahsyat saat itu, sehingga saya terpaksa mengurungkan niat saya utk ke P Tikus, bahkan adik dari Rahmat yg merupakan pemilik perahu & operator wisata ke P tikus juga berada di daratan karena kondisi cuaca (gelombang).

"Pantai Panjang":




Sesudahnya kami mengunjungi View tower, yg sedang dalam proses pengerjaan, tidak sembarang orang boleh masuk, tapi sehubungan James; suami dari adik sepupu saya yg juga Guru beladiri TNI & Polri di bengkulu menjadi kepala keamanannya, maka saya diberikan kuncinya.

View Tower ini ada terowongan bawah tanah ke kantor gubernur Bengkulu, dan juga rencananya akan tembus ke benteng Marlborough, tapi karena harus melewati gedung arsip nasional yg berpusat di jambi, maka masih harus menunggu perijinannya.

James bercerita saat menggali terowongan dari view tower ke Gedung gurbernur, mereka banyak menemukan barang2 antik, seperti; guci, karena sisi depan gedung gubernur tsb dahulunya adalah makam para prajurit Inggris & keluarga, saya juga sempat memasuki terowongan tsb.

"View Tower": 



Selanjutnya kami mengunjungi Benteng Marlborough, dari sini ada terowongan yg menuju ke pantai, sempat tidak enak hati saya disini, karena penjaganya tidak mengijinkan kami untuk membayar tiket masuk, sehubungan mereka sangat hormat dengan James & Rahmat (atau karena kami menggunakan mobil plat merah hehe).

"Benteng Marlborough": 





Kemudian kami menuju rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Ada Foto Ibu fatmawati yg terlihat begitu cantik, mengingatkan saya akan sebuah cerita dari buku

"Bung Karno Biography as Told to Cindy Adams" yang pernah saya baca; ceritanya kira2 begini:

"Kisah BK terpikat Ibu Fat": 
Bung Karno yg terpesona oleh kecantikan Ibu Fat, kemudian berkata kepada Ibu Inggid (istrinya saat itu):

Bung Karno: "wahai istriku, aku baru saja membaca kisah BhagawadGita, disitu Harjuna bertanya kepada Sri Kresna yg titisan dewa Wisnu (sebagai manifestasi Tuhan)
Harjuna: "wahai Kresna, dimanakah engkau?"
Kresna: "Harjuna, aku ada dimana mana, aku ada di teriknya mentari yg menyinarimu, aku ada didinginnya malam yg menyelimutimu, bahkan aku ada di manisnya senyuman gadis yg memikat hatimu"

Aku terpikat oleh senyuman fatimah (nama asli Ibu Fatmawati) istriku, karena aku seorang yg religius dan ingin dekat dengan tuhan, maka ijinkanlah aku menikah dengannya istriku

"Rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulur": 



Selesai Explore kota bengkulu, saya segera ke Bengkel Sony, utk memasang kembali Bracket Motor dan bukan hanya dibantu oleh sony dari club CB Bengkulu, saya juga dijamu oleh sony & rekan2nya. 

Jam 19.00 wib ditengah hujan sangat deras, saya meluncur menuju Manna-Bintuhan. Sebenarnya Jalur Bengkulu - Manna-Bintuhan-Krui-TNBBS ini terbilang indah, tapi berhubung saya sudah sering melewatinya, tidak ada penyesalan utk melintasinya dimalam hari saat sudah gelap. Peta jalur Bengkulu-Krui-Ranau-Krui-TNBBS-Balam-Bakau

Diantara Manna (*baca Manna'k seolah olah ada "K" nya) - Bintuhan saya melihat suami istri yg sedang mengganti ban mobilnya nya ditengah hutan tengah malam ditengah hujan deras pulak..karena kasihan saya berhenti utk menolongnya..Tapi awalnya saya malah dikira Rampok...grrrrr (mosok wajah penuh kedamaian serta keteduhan seperti saya dikira rampok..gak sopan)..dengan mimik ketakutan istrinya nyaris menyemprotkan hot spray & suaminya memegang konci ban dengan gemetar 1 jam mereka mencoba mengganti ban Avanza mereka dan belum berhasil, buat saya tdk sampai 5 menit saja. Setelah selesai saya melanjutkan perjalanan dengan mereka meminta saya mengawalnya dibelakang, tapi karena terlalu lambat dia mengemudi serta sulit melihat lubang jika riding dibelakang mobil, saya tinggalkan saja mereka.

Kondisi Jalur antara kota Bengkulu -Manna-Bintuhan ini terbilang sangat buruk penuh lubang dan berliku.

13 Agustus 2014
 "Dongeng hari ke 16 (hari Terakhir):": 
*Saat menulis ini saya baru sadar, klo hari itu (13 Agustus) adalah Ultah Seseorang

Setelah Riding selama hampir 7 jam dari Kota Bengkulu ditengah hujan deras yg tiada henti, kabut, genangan air & Longsor dengan sepatu serta kaos kaki basah (sangat menyiksa dinginnya) akhirnya sekitar jam 01.45 wib, saya tiba di SPBU di Selatan Kota Bintuhan, Bengkulu yg merupakan SPBU terakhir sebelum perbatasan dengan prov Lampung, Ternyata pemilik warung didepan SPBU tsb adalah orang Krawang (beristri wanita Bintuhan) yg lama tinggal di dekat rumah saya di Bekasi..dia juga ternyata mengenal banyak bikers sahabat saya yg sering melintas didaerah tsb.

Asik mengobrol dengan pemilik warung tsb, membuat saya baru melanjutkan perjalanan kearah Krui, Lampung jam 04.45wib, tapi masih sangat gelap waktu itu.

Jam 06.00 saya tiba di krui, Lampung Barat. Kondisi jalan sesudah memasuki Prov Lampung semakin parah lagi, beberapa bagian malah hanya bebatuan yg sudah tidak ada aspalnya lagi karena tergerus air & longsor. untungnya saya sudah sangat hapal jalur tsb sehingga tidak masalah utk riding saat gelap sekalipun.

"Pagi hari diseputaran Krui": 


"Pulau Pisang dari Kejauhan": 


Tiba di sebuah pertigaan yg sangat saya kenal di Krui, lampung Barat..perasaan galau sama spt waktu di Tarutung, Sumut kembali timbul, disatu sisi saya ingin terus melanjutkan perjalanan via barat, disisi lain ingin bernostalgia dengan jalur Krui-Liwa-Danau Ranau yg selain menjadi jalur legendaris dikalangan petouring, buat saya pribadi seperti mantan pacar dimana kita ingin selalu mengetahui update kabarnya

Akhirnya keputusan yg sama dgn sewaktu di Tarutung kembali saya ambil, saya mengunjungi Liwa - Ranau dahulu, sebelum kembali ke Krui, apalagi mendadak saya malas nyebrang ke P Pisang.

kembali lagi ke Krui sekitar jam 09.00wib, saya melanjutkan perjalanan dan berhenti di Tanjung Setia, tempat yg ternyata banyak "nyama" nya (*baca "nyame"=bahasa Bali yg artinya saudara).

 "Tanjung setia": 


Perjalanan berlanjut dan saat melintasi TNBBS (taman Nasional bukit barisan selatan) kecelakaan parah nyaris terjadi..Saat tikungan blind corner kekanan buat saya (kekiri buat yg dari dari arah berlawanan), sebuah pickup L300 tiba2 bermanuver mendadak kekanan hendak menyalip sebuah truk ditanjakan tanpa melihat ada saya dari arah berlawanan, melihat keberadaan saya dia malah panik dan sempat limbung...hanya keberuntungan yg menyelamatkan saya saat itu, dengan melakukan shift down 2 X saya menurunkan motor saya ke badan jalan yg merupakan rumput basah dengan jurang hanya berjarak 30cm dikiri saya..saat itu saya tetap meluruskan mtr saya saja dibadan jalan tanpa ngerem agar motor tidak tergelincir jatuh, setelah stabil baru saya belokkan kekanan utk naik kembali ke jalan..alhamdulilah saya lolos dari kecelakaan. Saya langsung putar balik dan mengejar L300 tsb, setelah saya giring kekiri sampai berhenti; dia meminta minta ma'af dengan logat "jawa nya"..ini bukan masalah minta ma'af, kali ini dia lolos dari membunuh orang, tapi keidiotannya pasti akan berulang dan bisa membunuh banyak orang di kemudian hari. Orang ini harus di "HUKUM" berat agar kapok dan tidak mengulangi lagi KEGOBLOKKANNYA".

Setelah menghukumnya saya melanjutkan perjalanan dan sempat mengambil foto sesaat begitu keluar dari TNBBS:

 "selepas TNBBS": 


Jam 16.00 sore saya sudah tiba di Pelabuhan Bakauheni dan saat di Ferry saya menjemur sepatu & kaos kaki saya yg basah, semerbak baunya membuat orang2 disekitar menyingkir dari dekat saya

Jam 19.00wib saya sudah di Merak dan harus menghadapi 1 dari 3 jalur yg selalu berhasil memancing emosi saya saat sedang ramai, yaitu jalur Cilegon-Grogol, (2 jalur lainnya adalah: Bekasi - Karawang dan Jakarta - Puncak) sialnya setiap hendak touring mau tidak mau saya harus melewati 3 jalur terkutuk tersebut.

Benar saja; seekor pengemudi Matic berboncengan (sama2 pria dewasa) mengemudi dengan brutal, zig zag , 3 X memepet saya dan pelan justru saat jalan kosong, saat ke 3 kalinya emosi saya memuncak, saya mendahuluinya dan menggebrak stangnya sambil berkata agar dia "hati2" Pengemudinya diam saja sambil menatap seperti marah kesaya, tapi kemudian dia berjalan pelan dan tidak berusaha menyalip saya lagi. (*kalau orang yg saya gebrak membaca ini, "ma;af yaks saya sedang kelelahan, tapi sopanlah mengemudi").

memasuki kalimalang, saya mulai auto pilot dan berjalan pelan dikiri, sampai akhirnya jam 23.00 wib saya berteriak sambil mengangkat tangan begitu melihat gerbang komplek saya: "Mission Accomplished".

Beberapa detik kemudian suara Gonggongan kegirangan dari mahluk (poto dibawah) menyambut saya seperti kemasukan setan:

"wuf wuf wuf": 


Terima kasih semua yg membantu saya selama trip ini, terima kasih ayah saya yg telah mengurus mahluk diatas selama saya pergi, terima kasih buat ANDINI (Motor saya) yg telah sangat setia tanpa rewel selama touring..MMMuuuuuachhhhhhhh.

 "Rincian Biaya": 
01) Bensin Premium PP = Rp 1.200.000
02) Olie Mesin = 3 X ganti = RP 148.000
03) biaya Ferry: Rp 221.000
a) Merak-Bakau (Jawa - Sumatra) PP = Rp 78.000
b) Ulhee Lee - Balohan (Banda Aceh - Sabang) = Rp 55.000 & Rp 75.000 = Rp 130.000
c) Tomok - Prapat (samosir - Prapat) = Rp 13.000
05) Sewa alat Snorkeling + Perahu ke P Rubiah = Rp 70.000
06) Sewa Kamera Underwater = Rp 120.000
07) Penginapan Total = Rp 757.500 ....rinciannya:
a) Palembang, Sumsel = Rp 100.000 / 2 = Rp 50.000
b) Rengat, Riau = Rp 150.000 /2 = Rp 75.000
c) Medan, Sumut = Rp 95.000 / 2 orang = Rp 47.500
d) Pantai Iboih, P Weh. NAD = Rp 250.000 / 2 orang X 2 Hari = Rp 250.000
e) Banda Aceh = Rp 70.000 / 2 orang = Rp 35.000
g) Balige, Sumut = Rp 100.000
f) Bukit Tinggi, Sumbar = Rp 100.000
h) Painan, Sumbar = Rp 100.000
08) Total HTM obyek wisata (catatan hilang, tapi sekitar) = Rp 50.000 *banyak digratiskan oleh petugas.
09) Makan, Minum Rokok, Duren, jajan dll @17hari = Rp 1.800.000
10) Biaya kenakalan = Rp 425.000
TOTAl BIAYA= 4.791.500

"Daftar CP": 
ma'ap yaks, CP hampir semuanya hilang, tapi 1 yg paling penting masih ada:
CP Speed Boat ke P Rondo = MR Bin Bukdri = 082163886665 @ 2,5 - 3jt / 4 org maksimal

"Peta Jalur Yg Saya gunakan": 

Berangkat








Pulang








Bekasi - Merak *dibalik

Silahkan baca Inpoh & Laporan2 Touring ain Yang lain
MATUR SUKSMA 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top