GuidePedia

0
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgss4aB_hx-Lxg6xALTu9_CA5H6fh7p7MqA_BhYJ8hgkA8p1FG0wHdft8SroO0BhR5brB6JTxcMdnk3LFy-3lfvtKRLAU4EyVgqIbtlwEIV1p47fZ_9WodL0dKdOQsRMsmYuWTr/s1600/PDIP.jpg

WACANA PDIP yang didukung oleh politiisi Hanura Susaningtyas alias Nuning tentang pengawasan terhadap para ustadz, kyai, penceramah di masjid-masjid, akan memunculkan masalah nasional.

Zaman Orba seluruh ummat Islam sangat ketakutan karena memang situasinya demikian, hampir sama dengan wacana di atas. Sekalipun tidak sedikit yang melakukan perlawanan. Sebut saja Abdul Qodir Djaelani, AM Fatwa, Ahmad Shobari (anggota DPR/MPR waktu itu), Rany Yunsih, Amir Muhammad, Haris Fadlillah (DDI), Ahmad Royani, Tony Ardi dan lain-lain.

Jangan lupa, bahwa dalam agama Islam, nilai keagamaan bukan hanya mengajarkan nilai hubungan manusia dengan Tuhan (hablumminallah) semata, tapi juga hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungan-alam dan sekitarnya.

Ketika mengkaji hubungan antar manusia dan lingkungan, tentu sudah masuk pada domain kenegaraan. Dalam Islam diajarkan juga bagaimana caranya menata kehidupan dalam bernegara. Sehingga diajarkan konsep kepemimpinan.

Kalau sudah masuk pada tatanan kepemimpinan, secara otomatis menindaklanjuti pada ajakan dan menyampaikan kriteria orang yang difigurkan untuk jadi pimpinan. Zaman Rasululloh, semua strategi dikonsepkan dalam masjid.

Masjid tidak hanya dijadikan tempat dan sarana ibadah ritual saja, tapi sarana ibadah sosial. Terlalu sempit kalau dianggapnya sarana ibadah (Masjid) tidak boleh dijadikan ajang diskusi selain hanya diskusi ibadah ritual. Bukankah, merebut negara RI dari penjajah juga dilakukan oleh tokoh-tokoh keagamaan di dalam masjid?

Lain ladang lain belalang, ummat Islam sudah sangat biasa melihat peta situasi dan ummat Islam sudah sangat terbuka untuk perang terbuka.

Sangat kita pahami, kalau komunitas kyai-ustadz-pesantren akan melakukan ajakan kepada masyarakat (ummat Islam) untuk mendukung capres-cawapres yang pas menurut komunitas itu malalui sarana ibadah. Karena memang hanya sarana itu yang pas dengan waktunya.

Mengingat, manakala salah pilih, maka dampaknya juga akan mengena kepada ummat Islam itu sendiri. Jangankan dalam urusan politik kenegaraan, urusan tempat Tempat Pembuangan Akhir Sampah saja, baunya akan tercium bukan saja oleh masyarakat yang mendukung keberadaan TPA Sampah, namun oleh masyarakat yang menolaknya.

Saya akan menyampaikan pesan terbuka;

"Semua pakaian yang dipakai hari ini --tidak selamanya anda memakainya. Besok lusa akan digantungkan di kapstok-- dan akan melihatnya indah untuk dikenang dan sulit untuk diulang. Tapi aqidah anda hari ini adalah aqidah anda untuk berikutnya dan bahkan sampai kematian".

Ajakan kami untuk komunitas ustadz dan kyai dengan masing-masing jamaahnya;

"Ambillah keputusan baik untuk memilih capres-cawapres yang banyak didukung oleh banyaknya partai berbasis Islam. Semua manusia punya masa lalu. Jangan hakimi orang lain dengan masa lalunya, sebab setiap saat orang ingin selalu berubah menjadi yang lebih baik."

"Hari yang paling baik adalah dimana pada hari itu dia kembali menghadap Tuhan dengan nilai keimanannya. Bulan yang paling adalah dimana pada bulan itu dia bertobat dengan sebenar-benarnya, bertobat."

Amalan yang paling baik, adalah dimana dia ada kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang disukai Tuhan dan meninggalkan perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan-sekalipun sedikit.

Wallahu 'alam bisshawab.

Oleh: M.Idris Hady, Sekretaris I DPP Aliansi Damai Anti Penistaan Islam.  
 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top