GuidePedia

Sekepal Tanah Dari Surga

G. Kerinci 

MENGIKUTI tapak perjalanan sebuah observasi di negeri elok, alam Kerinci tentu tidak ada salahnya. Walau jarak tempuh teramat jauh, dengan liku perjalanan penuh tantangan, kubangan lumpur, bebatuan, tikungan tajam, dakian terjal, lereng gundul, longsor mengintai, jurang nan dalam pun siap menjemput maut. Wow…! Demi satu tujuan, satu pencapaian, semua itu diabaikan, dipendam dalam-dalam, hanya do’a selalu bergumam, semoga selamat diperjalanan.

Siapa tak kenal alam Kerinci. Tempat bertenggernya panorama alam indah permai, menyimpan kekayaan sejarah dan kekentalan budaya yang melekat pada penduduknya. Dengan cuaca teramat sejuk, tersentuh air bening perbukitan, dingin pun menyusup hingga ke sum-sum tulang belakang.

Belum lagi deret obyek wisata menawan, terbentang di sana. Katakanlah Danau Gunung Tujuh di Areal Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) di ketinggian 1.996 meter di atas permukaan laut, dan tercatat sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. “Jika ingin mencapai Danau Gunung Tujuh ini, setiap pendaki harus memiliki stamina prima. Selain jaraknya 6 km, medan yang dilalui sangat ekstrim. Banyak rintangan yang harus dilalui. Bebatuan berlumut, akar, ranting berduri dan pohon-pohon besar bergelimpangan, binatang buas, kabut asap sewaktu-waktu menghalangi jarak pandang, jalan licin diguyur hujan, bahkan kemiringan dakian bisa mencapai 80 derajat,” Idris, pemandu TNKS, pernah berujar, sesaat rombongan Perkemahan Pramuka Putri Nasional (Perkempinas) II, memilih untuk mendaki, November 2012 lalu. Alhasil, semua pendaki dari berbagai daerah di Indonesia membelalakkan mata, rasa kagum akan kebesaran Tuhan, meletakkan keindahan ciptaan-Nya di alam Kerinci.

Adalah Nuri Kurniawan (XII IPA) peserta didik SMAN TTHAS yang berhasil meraih mendali emas pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan di Jakarta, tanggal 7 hingga 13 Oktober 2012 lalu. Judul OPSI yang diangkat Nuri adalah“Peningkatan Eksistensi Aksara Incung di daerah Kerinci dan Sungai penuh.” Inti penelitian ini mengungkap sejarah, bentuk dan kondisi aksara “Incung” di kalangan masyarakat Kerinci dan Sungai Penuh yang sudah memudar, serta upaya pelestarian budaya dan tradisi yang ada di daerah Jambi. Artinya, banyak rahasia tersembunyi di daerah ini, yang bisa di angkat ke permukaan untuk menjadi prestasi nasional, dan membawa harum nama Provinsi Jambi.

Akan kekayaan sejarah, budaya dan pesona keindahan alam inilah, akhirnya peserta didik SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti Jambi memilihnya sebagai obyek observasi (studi lapangan) tahun pelajaran 2012/2013 ini.

Kepala SMAN TTHAS, Edy Purwanta, M.Pd, saat melepas keberangkatan rombongan (22/4) menjelaskan bahwa studi lapangan ini merupakan program tahunan SMAN TTHAS dalam upaya mengimplementasikan proses pembelajaran lapangan terhadap peserta didik. Tujuannya adalah untuk memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal daerah mereka secara langsung, terutama Kabupaten Kerinci dan sekitarnya, meliputi bidang agama, sosial, budaya, ekonomi, bahasa, sejarah, geografi, adat istiadat dan sebagainya. Sambil menikmati indahnya alam, siswa akan memetik banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, harapnya.

Observasi diikuti 46 peserta didik kelas XI IPS dengan lima guru pendamping berlangsung selama enam hari, tanggal 22-27 April 2013. Obyeknya antara lain hamparan perkebunan dan pabrik pengolahan teh Kayu Aro, Danau Kerinci, kawasan air terjun Sungai Sumedang dan sebagainya, serta penanaman bibit pohon.

Ketika mengunjungi Pabrik Ortodok Pengolahan Tek Kayu Aro Kerinci (dibangun Belanda tahun 1925) dan observasi di sekitar perkebunan teh, penulis mengutip laporan karya tulis siswa yang menuliskan, “Afradizal, pejabat Humas PTP Nusantara VI (Persero) Unit Perkebunan Teh Kayu Aro menjelaskan bahwa hasil olahan pabrik, berupa bahan jadi butiran-butiran teh asli dengan berbagai kelas. Delapan puluh persen hasil produksi ini di ekspor ke luar negeri, hanya 20 persen untuk konsumsi dalam negeri. Sebagian perusahan pengemasan teh siap saji di Indoensia menggunakan bahan jadi teh Kayu Aro. Jadi masyarakat yang menkonsumsi teh dengan berbagai merek perusahan, sebagian bahan jadinya berasal dari teh kita.”

Lebih lanjut penulis baca laporan itu “Hamparan perkebunan Teh Kayu Aro adalah 3.014, 60 ha, sebagai hamparan terluas di dunia. Lahan Hak Guna Usaha ini telah ditanami tanaman menghasilkan seluas 2.624,69 ha. Sisanya untuk bangunan perkantoran, perumahan karyawan, gedung sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, lapangan olah raga dan lain-lain. Selain menghasilkan devisa negara, perusahan ini juga menghidupi 1.660 karyawan.”

Siswa yang selama ini buta dengan daerah mereka sendiri, dengan dibawa ke lapanagn melakukan observasi dan menulis dengan tangan sendiri hasil penelitiannya, tentu akan berbekas sampai kapanpun. Belum lagi jika karya mereka di pajang di perpustakaan, akan dibaca oleh peserta didik lainnya dan mereka juga akan mengetahui hasil observasi yang dilakukan, tentu akan menambah khasanah daerah sendiri. Berikut akan terpacu untuk melakukan hal yang sama dalam bidang berbeda. Karena peserta didik hari ini, telah jenuh duduk di dalam kelas, bosan mendengar ceramah gurunya, mereka rindu dengan metode pembelajaran dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka.

Agar penelitian lapangan ini lebih fokus dan terkoordinasi dengan baik, maka 46 siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan bidang penelitian yang berbeda, meliputi agama, sosial budaya, geografi, bahasa, sejarah dan ekonomi. Seluruh kelompok diwajibkan membuat laporan kelompok dalam bentu karya tulis untuk disampaikan kepada kepala sekolah dan pihak PTP Nusantara VI (Persero) sebagai salah satu syarat diizinkannya observasi di wilayah kerja perusahan.

Sungguh pembekalan pengalaman yang penuh memori. Kepuasan batin dengan panorama menyejukan jiwa. Bergelut dengan cuaca teramat dingin, memuaskan pandangan pada hamparan permadani menyelimuti perbukitan nan damai, sedamai bukit-bukit yang berlindung di sekeliling Gunung Kerinci, sedamai suburnya tanaman teh yang bernaung di hamparan bukit-bukit menawan.

Kayu Aro, Kerinci benar-benar menyimpan segudang misteri alam, sejarah dan budaya peninggalan nenek moyang, menanti kajian generasi muda, yang tidak akan habis oleh perputaran zaman, karena ia adalah “Segepal Tanah Dari Surga.” (Salwinsah Guru SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti Jambi)

Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !
 Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Beli yuk ?

 
Top