GuidePedia

 
 
Eni Widiastuti Seorang anak asal Mojosongo, Solo, Isrof, mengaku cukup sering membantah perintah orangtuanya. Menurutnya, hal itu karena orangtuanya sering meminta Isrof melakukan sesuatu yang belum disukai. Ia mencontohkan pagi hari ketika baru saja bangun tidur, ia diminta segera mandi. Padahal ia masih ingin santai sejenak. “Kalau pagi sering banget mbantah ibu,” katanya saat ditemui Koran O di kediamannya, Sabtu (20/4). Seorang ibu rumah tangga asal Solo, Tini, 33, menceritakan ketiga anaknya sering membantah perintahnya. 
 
Hal itu membuatnya sedih. Sebagai orangtua, kata Tini, ia berharap ketiga buah hatinya patuh kepada orangtua dan melakukan sesuatu yang ia sukai. Namun tak jarang, kata Tini, anak-anaknya tak mau menuruti perintahnya. “Misalnya disuruh belajar enggak mau. Diminta bantu saya, enggak mau. Saya minta mereka tidak menghabiskan waktunya untuk bermain, mereka membantah,” ungkapnya. Tak jarang, kata Tini, bantahan dari anaknya itu membuatnya emosional. Hal itu memancingnya untuk memarahi anak dengan nada tinggi. Pertengkaran antara Tini dan anaknya pun terjadi. 
 
Namun tak jarang Tini juga menyadari bahwa anaknya masih terlalu dini untuk selalu menuruti semua keinginannya. “Kalau saya pas lagi ribet banget, anak mbantah, saya jadi emosi. Tapi kalau pikiran saya lagi tenang, saya justru sadar kalau anak saya masih kecil,” ujarnya. Dekati Anak Khusus kepada anaknya yang kini sudah menempuh pendidikan jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK), kata Tini, ia lebih waspada. Tini menerangkan ia terkadang diliputi perasaan khawatir jika anaknya itu tak kunjung pulang ke rumah. Ia khawatir anaknya mengikuti kebiasaan teman-temannya yang tidak baik. Oleh karena itu, ketika suatu hari anaknya tak kunjung pulang ke rumah, Tini akan menelepon atau mengirimkan short message service (SMS) kepada anaknya itu. 
 
“Saya minta dia segera pulang ke rumah,” ujarnya. Sementara seorang ayah dari tiga orang ­anak asal Kartasura, Mulyadi, mengungkapkan sejak kecil ketiga buah hatinya jarang membantah perintahnya. Namun ia mengakui, tak jarang anaknya tidak sependapat dengan pendapat Mulyadi dan istrinya. ­“Anak saya kalau tidak sepakat biasanya diam, menunjukkan ekspresi wajah cemberut. Tapi dia jarang sampai membantah kami sebagai orangtua,” ujarnya. 
 
Menghadapi anak yang tidak sepakat dengan keinginannya, kata Mulyadi, ia akan mendekati anak itu lalu menerangkan mengapa ia harus melakukan suatu hal. Ia mencontohkan, ketika anaknya asyik bermain lalu diminta segera belajar, anaknya sering menunjukkan ekspresi kalau dia tidak suka. Jika demikian, Mulyadi segera mendekati anak itu lalu berbicara dari hati ke hati mengapa ia harus belajar. “Dengan cara itu, anak lebih bisa menerima daripada saya marahi,” terangnya. (eni.widiastuti@solopos.com)
 

Beli yuk ?

 
Top