GuidePedia


BOGOR, - Penelitian yang dilakukan mahasiswa Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) IPB menghasilkan temuan limbah cair organik dari terasi dapat menghasilkan energi listrik.

Kepala Humas IPB Ir Henny Windarti, MS.i di Bogor, Minggu menjelaskan, penelitian itu dilakukan dalam bentuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berjudul "Pemanfaatan Limbah Cair Industri Terasi di Kabupaten Cirebon Sebagai Penghasil Energi Listrik".

Penelitian yang dikoordinir Silvikasari itu, beranggotakan  sejawatnya Heryani, Osy Yostia Utami, Qatrunnada, dan Haribowo. Para mahasiswa itu melakukan penelitian tersebut dengan menggunakan limbah cair terasi, yang diambil dari sebuah perusahaan terasi di Kabupaten Cirebon.
Silvikasari mengatakan,pemanfaatan sumber energi alternatif menjadi solusi di masa  mendatang dalam memenuhi kebutuhan energi. "Salah satu energi alternatif yang mampu diproduksi dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan memanfaatkan limbah cair organik dari terasi," kata Silvikasari, Minggu (17/3/2013).Limbah cair terasi, kata dia,merupakan salah satu limbah organik, yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan terasi. Salah satu jenis terasi yang sering diproduksi di Indonesia, terutama di Kabupaten Cirebon adalahterasi udang.

Dikemukakannya, bahwa limbah cair terasi itu masih mengandung nutrisi,seperti protein,karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya,yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan mikroba. "Mikroba inilah yang kemudian akan dimanfaatkan untuk memproduksi energi listrik,"katanya.

Ia menjelaskan,berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Kabupaten Cirebon, PT ABC President Indonesia yang memproduksi terasi dalam kemasan, menghasilkan limbah cair terasi sebanyak 330 liter setiap pekan."Jumlah tersebut akan terakumulasi jika tidak ditangani secara optimal, sehingga akan mengakibatkan pencemaran lingkungan," katanya.

Konsorsium mikroba
Menurut dia, limbah cair terasi yang digunakan pada penelitian ini mengandung konsorsium mikroba. Hanya saja,kata dia,tidak semua mikroba dapat ditumbuhkan dan diisolasi dalam media agar-agar nutrien yang digunakan pada percobaan.

Disebutkan, bahwa konsorsium mikroba yang terdapat secara alami dalam limbah cair terasi ini dimanfaatkan untuk memproduksi energi listrik melalui reaksi yang memungkinkan terjadinya transport proton, akibat proses respirasi seluler dari permukaan sel ke anoda.Kemudian, kultur cair "Bacillus subtilis" yang berhasil diisolasi akan digunakan dalam sistem microbial fuel cell (MFC) atau bahan bakar sel yang memanfaatkan mikroba sebagai pembanding.

Berdasarkan hasil uji limbah cair terasi yang mengandung konsorsium mikroba, katanya,mampu menghasilkan beda potensial lebih tinggi dibandingkan kultur cair B.subtilis.Hal ini disebabkan pada konsorsium mikroba terjadi aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan kultur murni sehingga proton H+ yang dihasilkan semakin banyak.

Untuk membuktikan bahwa limbah cair terasi memiliki beda potensial yang lebih tinggi pada sistem MFC seri, kata dia, maka dilakukan pengukuran limbah cair tahu pada sistem MFC seri sebagai pembanding.

Hasil uji menunjukkan limbah cair tahu menghasilkan beda potensial sebesar 0,788 volt. "Nilai ini menunjukkan limbah cair tahu yang diukur pada sistem MFC seri menghasilkan beda potensial yang lebih rendah dibandingkan limbah cair terasi," katanya. Menurut dia, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari konsorsium mikroba yang terdapat pada limbah cair didominasi oleh "Bacillus subtilis". Sistem MFC dengan rangkaian seri, katanya, mampu menghasilkan beda potensial lebih tinggi dibandingkan paralel dan sepasang.

Melalui rangkaian tersebut diperoleh beda potensial limbah cair terasi sebesar 2 volt, kultur murni B.subtilis 0,88 volt dan limbah cair tahu sebagai pembanding sebesar 0,548 Volt. Ia menambahkan, pengembangan teknologi MFC yang memanfaatkan limbah cair terasi menjadi energi listrik dapat dijadikan solusi dalam penanganan limbah cair industri terasi.

Sumber:http://m.kompas.com/

Beli yuk ?

 
Top