Penilaian rakyat Indonesia soal karakter presiden 2014, masih dipengaruhi oleh latar belakang individu pemimpin. Hal itu terbukti hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut mayoritas masyarakat, enggan memilih pemimpin homoseksual, dan tidak beragama atau ateis.
"Tidak menerima pemimpin homoseksual sebesar 90,61 persen, menerima 5,83 persen. Tertinggi kedua tidak menerima ateis 88,41 persen, menerima 8,23 persen," kata peneliti senior LSI, Adjie alfaraby saat konfrensi pers 'Renungan Akhir Tahun Cari Capres 2014' di Graha LSI, Rawamangun Jakarta Timur, Minggu (23/12).
Survei dilakukan 14 sampai 17 Desember, jumlah koresponden mencapai 440 orang. Metode yang digunakan multistage random sampling, dengan margin of eror 4,8 persen.
Berkebalikan dengan dua faktor di atas, faktor gender atau jenis kelamin justru tidak terlalu dipedulikan masyarakat. Begitu juga pemimpin beda agama.
"Kabar baik untuk para aktivis perempuan, disebut faktor gender bisa diterima oleh rakyat Indonesia. Publik bisa menerima perempuan sebesar 80,37 persen, sedangkan beda agama bisa menerima sebesar 54,49 persen," katanya lagi.
Selain empat faktor di atas, faktor aliran agama seperti Syiah, Ahmadiah juga dimasukan. Namun aliran agama tersebut belum mendapatkan tempat di hati masyarakat.di sini gambar luh
udah maho jorok lagi....