GuidePedia

Peristiwa ini merupakan pengalaman dari rombongan alumni Mapala IAIN Sunan Ampel Surabaya. Maksud awal, Achmad Suyitno ingin mengajak para alumni mapala beserta keluarganya untuk menghabiskan libur Hari Natal di Ranu Regulo, berdekatan dengan Desa Ranupane, Pegunungan Semeru.

Namun apa daya, pengalaman ghaib tak bisa dihindari ketika rombongan yang terdiri dari 4 keluarga ini mendapati sesosok bocah kecil yang turut mejeng saat mereka melakukan sesi pemotretan.
Peristiwa aneh itu terjadi tepatnya pada Minggu (25/12/2011) lalu. Rombongan pecinta alam itu telah sampai di Ranu Regulo. Sehari sebelumnya, rombongan juga telah sampai di perkampungan warga di Dusun Ranupane, di rumah Pak Suko sebagai tempat singgah dan menitipkan berbagai perlengkapan.
Tak ingin menghabiskan waktu lama-lama, hari kedua (25/12) rombongan langsung menuju masjid atau musala di dekat Danau Ranupane. Saat itu rombongan juga mengaku sempat mencoba mandi atau berenang di pinggiran danau tersebut. Bahkan, A Suyitno sempat terpikir ingin mengajari renang anak-anaknya.

Begitulah yang mereka lakukan selama berjam-jam. Kemudian, ketika melanjutkan perjalanan menuju Ranu Regulo, rombongan tentunya harus melewati pura dan jalan setapak yang mengarah ke tanjakan.
Sekedar diketahui, kawasan Ranu Regulo telah lama dijadikan tempat wisata. Selain adanya danau, di dekat Ranu Regulo juga terdapat sungai kecil yang di kanan-kirinya ditumbuhi bunga-bunga cantik berwarna ungu. Di sinilah rombongan untuk kesekian kalinya melakukan sesi pemotretan atau yang lebih akrab disebut sesi narsis.
Termasuk juga Achmad Suyitno. Pria yang saat itu kebetulan menjadi leader rombongan tergelitik hatinya untuk mengambil foto dirinya sambil memegang bunga ungu tersebut. Maksud hati, hasil foto yang diambil dari ponsel ini rencananya akan ia jadikan foto profil di situs pertemanan miliknya.
Ketika usai pengambilan foto yang dibantu salah satu kerabatnya, foto A Suyitno terlihat jelas sedang menyentuh (tanpa memetik) bunga yang ada di dekat tangan kanannya. Namun, usai melalui proses penyimpanan di memory card, A Suyitno terkejut bukan main, sebab foto yang tadinya bergambar dirinya, berubah menjadi gambar seorang bocah kecil sambil memegang bunga. Gambaran tersebut tentu saja memusnahkan gambar A Suyitno yang tadinya muncul sesuai hasil jepret semula.
“Anak kecil itu tepat di sebelah kanan saya (di foto). Dengan ciri-ciri rambut lurus dan menutupi bagian muka bpcah tersebut,” kata A Suyitno saat menceritakan kejadian aneh itu kepada detiksurabaya.com, Minggu (1/1/2012).
Yang ada dalam pikiran A Suyitno saat itu adalah penuh heran. Maka ia pun mencoba sekali lagi mengambil gambar dirinya. Namun, kali ini A Suyitno menggunakan tangan kanan untuk memegang bunga cantik tersebut. Ya, foto itu normal. Artinya, yang muncul setelah proses penyimpanan di memory card gambar A Suyitno masih tetap nampang di foto tersebut.
Usai kejadian itu, A Suyitno mengaku tak ingin berpikir macam-macam. Ia sadar bahwa dirinya adalah leader rombongan. Pria yang juga membawa serta 3 anaknya ini pun memiliki ide untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Danau Ranupane. Namun percaya atau tidak, rombongan sempat terkecoh dan tersesat akibat adanya dua pilihan jalan setapak.
Untunglah hal itu tak berlangsung sama. Selama melalui kejadian aneh yang berlangsung sekitar pukul 10.00 hingga 11.00 WIB, A Suyitno berusaha melupakan kejadian ghaib tersebut. Dengan menyanyi-nyanyi selama perjalanan pulang menuju kediaman Pak Suko di Dusun Ranupane, A Suyitno ingin benar-benar melupakan kejadian siang itu.
Sesampainya di rumah Pak Suko, salah satu rombongan ternyata ada yang membawa peralatan laptop. Perasaan A Suyitno tak mampu dibohongi lagi. Ia langsung melakukan cek-ricek gambar ghaib tersebut menggunakan pembesaran laptop. Sontak saja A Suyitno berinisiatif menceritakan hal ghaib yang menimpanya kepada Pak Suko.
“Ya saya tanya, apakah dulu pernah ada bocah kecil yang tenggelam di sungai atau danau itu. Jawab Pak Suko datar mengatakan tidak,” terangnya.
Namun, yang terpenting bagi A Suyitno, kejadian ini tak berlanjut saat rombongan tiba kembali di Surabaya, rombongan yang terdiri dari 14 orang dewasa dan 9 anak-anak ini mengaku sangat bersyukur. Karena kejadian yang menimpa ini tidak menghantui perjalanan liburannya.
“Kami sadar, hutan memang banyak ‘penghuninya’. Namun kami sangat menyesal dan berharap tidak memberikan dampak buruk bagi keluarga kami di masa mendatang. Dan kami tidak akan kapok melakukan pendakian lagi,” pungkas pria yang kini berdomisili di kawasan Duduk Sampeyan, Gresik.
Sementara itu keluarga yang ikut dalam rombongan yakni Suyeth-Noni beserta 3 anaknya, Mahipal Gandhi-Yana beserta satu anaknya, Luthfi-Atik beserta 3 anaknya, Tembon Emil-Ubab beserta 2 anaknya, Iswatun dan keluarga, serta Syaifudin Zuhri beserta anaknya.

Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Beli yuk ?

 
Top