GuidePedia

0
Salah satu Baliho Nachrowi Ramli

Bagi warga ibukota, melihat bentangan spanduk atau reklame besar bergambarkan pejabat atau orang yang ditokohkan mungkin sudah biasa. Apalagi, Jakarta sebentar lagi bakal menghelat hajatan politik, memilih ahlinya Jakarta berikutnya alias pemilihan gubernur.

Memang, hajatan itu baru digelar pada 2012. Tapi orang yang sudah ramai di beritakan bakal maju ke pemilihan, kini wajahnya mulai ramai terpampang di bentangan spanduk atau reklame yang di pasang di pinggir-pinggir jalan. Kebanyakan, yang pernah saya lihat, spanduk atau reklame orang yang mau maju Pilkada itu, lebih besar foto daripada tulisannya. Memperkenalkan wajah memang lebih penting ketimbang program yang ditawarkan. Toh, nanti di surat suara, wajah yang dipampang. Bukan deretan tawaran apa yang akan dikerjakan andai nanti sudah jadi jawara pemilihan.

Di jalan Fatmawati Raya, dekat dengan lampu merah ITC Fatmawati, ada sebuah reklame besar. Biasanya reklame itu kerap dipakai untuk menampilkan iklan handphone atau produk komersil lainnya. Tapi kali ini beda, sudah dua bulan lebih reklame raksasa itu bergambar seorang anggota wakil rakyat, namanya Azis Syamsuddin. Azis kini wakil ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Golongan Karya, partai yang begitu didgjaya kala Orde Baru berkuasa.

Gambar Azis kini yang menghias reklame itu. Foto Azis besar, berkopiah, dengan tulisan besar mencolok: lahir dan besar di Jakarta. Azis sendiri sudah ramai diberitakan berniat nyalon dalam Pilkada DKI Jakarta. Iklannya lewat reklame adalah cara Azis mengenalkan diri pada warga Jakarta, khususnya yang kerap melintas di Jalan Fatmawati Raya. Tujuannya, ini loh calon gubernur ibukota.

Saya juga sempat menemui bentangan spanduk bergambar Djan Faridz, Ketua PWNU Jakarta. Tulisannya, mencintai Jakarta di awali dengan mencintai keragaman dan perbedaan. Spanduk itu sendiri dimaksudkan sebagai ucapan selamat atas ulang tahu Jakarta ke 484 tahun. Djan sendiri kabarnya juga kebelet nyalon. Namun masih malu-malu, pemberitaan tentang Djan mau nyalon memang masih minim.

Nah, yang banyak nampang di reklame-reklame raksasa atau bentangan spanduk adalah Nachrowi Ramli, ketua Demokrat Jakarta. Hampir di semua wilayah Jakarta, ada reklame dan spanduk bergambar Nachrowi Ramli, pensiunan jenderal bintang dua angkatan darat, yang juga bekas kawan sekelas Pak Beye saat di akademi militer.

Nachrowi juga sama seperti Azis, punya ambisi menjadi ahli Jakarta berikutnya. Makanya ia pun bernarsis ria sama seperti Azis lewat spanduk dan reklame. Momentum hari ulang tahun Jakarta, dimanfaatkan Nachrowi memasang dan mengiklankan diri. Pun saat hari koperasi, Nachrowi juga mengiklankan diri. Maklum ia adalah ketua panitia peringatan hari koperasi, makanya momentum itu dimanfaatkan betul olehnya untuk tebar pesona.

Tokoh lain yang katanya mau nyalon adalah Tantowi Yahya. Mantan presenter kondang yang banting setir menjadi politisi itu, sudah secara terbuka mau maju ke Pilkada. Tantowi kini sudah getol gelar jumpa pers mewartawakan niat majunya itu. Ragam acara tebar pesona pun banyak dilakukan Tantowi. Mulai dari menyebarkan koran gratis bernama Cinta Jakarta. Membuat website, dengan nama hampir mirip. Dan keliling pakai busway di kawal gadis-gadis cantik molek, sembari membagikan koran gratisnya itu.

Tantowi satu rumah politik dengan Azis Syamsuddin, sama-sama dari Golkar. Masih dari Golkar, juga ada nama lain yang katanya mau maju juga, yaitu Prya Ramadhani. Prya ini ketua Golkar Jakarta, sekaligus besan dari sang Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, karena putrinya artis Nia Ramadhani di persunting oleh putra Aburizal, Ardhie Bakrie. Saya sempat melihat spanduk bergambar Priya. Spanduk itu berisi tentang turnamen sepakbola Prya Cup.

Dari Demokrat juga, tak hanya Nachrowi yang mau maju. Kabarnya sang incumbent, Fauzi Bowo atau biasa di sapa Foke masih ingin mencicipi jadi gubernur keduakalinya. Namun, Foke harus bersaing dengan Nachrowi yang jadi ketua Demokrat Jakarta dan kawan dekatnya Pak Beye, ketua Dewan Pembina partai pemenang pemilu itu. Berat memang, meski Foke saat ini sudah tercatat sebagai salah seorang anggota dewan pembina di Demokrat.

Selentingannya Foke, jika tak bisa berlaga lewat Demokrat, akan merangkul partai-partai non kursi di DKI. Jika tak bisa juga, Foke gosipnya akan mencoba jalur calon independen.

Modal sebagai incumbent, tentu akan sangat membantu dan memuluskan Foke memenuhi syarat sebagai calon independen. Karena maju lewat jalur independent, syaratnya hanya menunjukan dukungan dengan bukti KTP warga DKI.

Gambar Foke, sudah dari dulu nampang dimana-mana. Setiap iklan program Pemda DKI selalu ada gambar Foke. Kebanyakan lebih besar foto daripada tulisan program yang diiklankan.

Soal lebih besar foto daripada program, pernah jadi sindiran Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, kala mengomentari hobi beriklan para kepala daerah yang sedang menjabat, dan berniat nyalon lagi.

” Ini banyak iklan program pemerintah, tapi lebih besar foto kepala daerahnya dari pada tulisan programnya. Ini yang mau diiklankan, kepala daerahnya atau fotonya,” kata Mendagri, kala itu.

Terbaru saya pernah melihat, sebuah reklame dekat kantor Walikota Jakarta Selatan, bergambar Foke. Tapi bukan reklame berisi iklan program Pemda. Tapi iklan dari turnamen golf Indonesia Open.

Foke di reklame itu, lengkap dengan kumisnya, gagah berbaju merah sambil memegang stik golf, karena memang reklamenya mengiklankan turnamen golf. Mungkin, karena Foke yang akan buka turnamen itu, maka fotonya dipasang.

Tokoh partai yang naris lainnya, adalah Triwaksasana, ketua PKS Jakarta. Meski tak semassif Nachrowi atau Azis, sudah ada bentangan spanduk bergambar Triwaksasana. Dalam spanduk yang sempat saya lihat, Triwaksasana, menuliskan julukan Bang Sani. Kalau Fauzi Bowo dikenal sebagai Foke, maka Bang Sani adalah jualan nama alias dari Triwaksasana.

Nachrowi Ramli juga soal menjual nama alias tak mau kalah. Kini Nachrowi getol mempupolerkan sebutan namanya, yaitu Bang Nara, singkatan dari Nachrowi Ramli.

Siapa jadi ahlinya Jakarta? Memang belum bisa dipastikan, karena hajatannya sendiri baru digelar pada 2012. Apakah masih Foke, atau Bang Nara? Atau sang presenter, atau sang besan ketua umum. Atau malah Bang Azis, yang mengaku besar dan lahir di Jakarta? Atau Pak Kyai Djan Faridz, Ketua PWNU Jakarta? Atau Bang Sani, panggilan Triwaksasana? Atau.. Atau.. Ah, yang pasti warga DKI yang menentukan. Warga DKI yang merindukan sosok pemimpin yang bisa mengatasi banjir, macet dan memberikan lapangan pekerjaan. Bukan orang yang bisanya hanya mengklaim ahlinya Jakarta…

sumber: Agus Supriyatna/kompasiana

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top