GuidePedia

0


Dewi Sartika dikenal sebagai tokoh Jawa Barat yang menjadi perintis pendidikan bagi kaum perempuan. Kepeduliannya terhadap pendidikan dibuktikannya dengan mendirikan sekolah pada tahun 1904, bernama 'Sakola Istri'. Sempat berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1910, saat ini sekolah tersebut bernama Sekolah Dewi Sartika.


Selain mendirikan sekolah, Raden Dewi Sartika juga menulis buku. Masih terkait dengan kepeduliannya terhadap perempuan, buku yang ditulisnya itu juga berjudul 'Kaoetamaan Istri'.

Buku tersebut ditulisnya pada tahun 1911. Tujuh tahun setelah ia mendirikan 'Sakola Istri'. Buku yang ditulis dalam bahasa sunda itu kemudian diterbitkan tahun 1912, oleh A. C. NIX & Co.

Apa saja isi pemikiran Dewi Sartika yang dituangkan dalam bukunya tersebut? Berikut kami rangkum sejumlah gagasan-gagasan besar wanita kelahiran 4 Desember 1884 tersebut yang ditulis dalam bukunya.



Dalam kata pengantarnya (boeboeka), Dewi Sartika menjelaskan penyusunan buku tersebut ditujukan sebagai bahan bacaan anak sekolah, dan juga orang tuanya.

"Buku ini diberi judul 'Kautamaan Istri', untuk bahan baca anak sekolah dan orang tuanya," tulis Dewi Sartika.

Melihat maksud penulisannya tersebut, bisa terlihat bahwa pemikiran Dewi Sartika kala itu memang sudah sangat maju dan terdepan. Ia menilai bahwa membangun pendidikan bukan hanya menyoal mengajar peserta didik, melainkan orang tua juga harus ikut terlibat memahami perannya membangun pendidikan.


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahkan saat ini bahkan memiliki Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, yang berada di bawah Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat. Direktorat tersebut salah satunya fokus pada pendidikan bagi orang tua, untuk ikut terlibat dalam memberikan pendidikan yang baik pada anak di level rumah. Sesuatu yang sudah dipikirkan Dewi Sartika sejak lama. 

Setidaknya, menurut Dewi Sartika dalam bukunya, terdapat tiga hal utama yang menjadi dasar keutamaan seorang perempuan. Yakni berdasarkan bangsanya, adat dan kebiasaan, serta pendidikan yang ditanamkan sejak kecil.

"Namun yang paling penting lagi, satu hal, yakni memahami dan selalu ingat menjalankan kewajibannya sebagai seorang perempuan," tulis Dewi Sartika. Apa saja kewajiban perempuan yang dimaksud ?


Utama, dalam bahasa sunda berarti bagus, hebat, atau ideal. Dalam bukunya, Dewi Sartika menyampaikan bahwa 'kautamaan' seorang perempuan juga ialah menjadi seorang yang hebat yakni terdidik dan cerdas, agar bisa ikut mencerdaskan generasi penerus mereka. 

Hal ini sama seperti yang diutarakan seorang intelektual asal Ghana, James Emmanuel Kwegyir Aggrey. "If you educate a man you educate an individual, but if you educate a woman you educate a family (nation)." 

Di zamannya, Dewi Sartika mengungkapkan, hanya sedikit perempuan pribumi yang bagus dalam pendidikan. Kalaupun ada, mayoritas mereka ialah berasal dari kaum bangsawan (kaum menak). Sementara kaum masyarakat kecil, kurang mendapatkan akses pendidikan yang baik. 


Namun, kaum masyarakat kecil yang sering bergaul dengan kaum bangsawan kerap meniru baik dari segi berbahasa, maupun cara berpakaian. Hal ini dinilai Dewi Sartika merupakan hasrat dari kaum masyarakat kecil untuk bisa maju. Maju pemikirannya, maju keahliannya, maju tingkah lakunya, hingga sejahtera hidupnya.

Dan kemajuan, bagi Dewi Sartika, harus dimulai melalui pendidikan. Hal ini sekaligus menjelaskan alasannya mendirikan 'Sakola Istri'.


Pendidikan di mata Dewi Sartika adalah alat terbaik untuk membereskan, memperbaiki, dan memajukan segala hal dalam kehidupan. 

"Serupa kayu yang masih kasar, bisa dihaluskan dengan alat. Pohon kecil harus dipupuk. Orang yang berkelakuan buruk bisa dididik. Yang bodoh harus belajar," tulisnya.


Dalam buku 'Kaoetamaan Istri', yang terdiri dari lima bab dan 24 halaman itu Dewi Sartika juga berupaya mengubah paradigma masyarakat yang masih menilai perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan. 

Padahal, Dewi Sartika percaya bahwa perempuan adalah garda terdepan dari pendidikan. Karena ia menjadi sosok pertama yang memberikan pengertian dan pemahaman tentang berbagai hal pada anak, generasi penerus bangsa.


Sumber


Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top