Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono mendukung Joko Widodo menjadi calon presiden.
Di Era Presiden Megawati, Hendropriyono dipercaya menjadi Kepala BIN. Pada saat itu, aktivis HAM Munir meninggal secara misterius. Sebagai Kepala BIN Hendropriyono harusnya bertanggungjawab pada peristiwa meninggalnya Munir. Sampai sekarang, Hendropriyono tidak tersentuh hukum.
Berdasarkan catatan sejarah, tangan Hendropriyono berlumuran darah. Ia terlibat pembantaian terhadap kelompok Warsidi di Lampung. Pasukan Garuda Hitam pimpinan Hendropriyono memberondong pengikut Warsidi saat akan melakukan shalat Subuh. (Majalah TEMPO, 10/2/08).
Hendro juga dikenal sangat Islamphobia atau antiIslam. Dalam berbagai wawancara dengan media, Hendro langsung menunjuk Abubakar Ba'asyir sebagai tokoh teroris dan ideolog bagi kaum teroris.
Saat menjelang Pilpres, Hendropriyono mempunyai kepentingan dekat dengan Jokowi. Tentunya kedekatan ini ada balas budinya terutama kasus berdarah di Lampung itu tidak dibongkar kembali.
Kedekatan Hendropriyono dengan Jokowi ini terlihat di mana mantan Kepala BIN itu mendirikan konsultan politik Hendropriyono and Associates Strategic Consulting. Salah satu yang bekerja di lembaga ini, suami dari Rieke Diah Pitaloka, Donny Gahral Adian.
Donny pun menuliskan opini di KOMPAS (22/4), "Nasionalisme Tuan Presiden". Di tulisan itu, Donny menggiring membaca sosok presiden yang akan datang itu seperti Jokowi. Tentunya ada pesan khusus dari lembaganya Hendropriyo mendukung Jokowi
Nampaknya kalangan pembela Jokowi terutama pembela HAM tidak berpikir kritis terhadap Hendropriyono. Para pembela HAM ini hanya berpikiran standar ganda.
Follow @wisbenbae
kayaknya wisbenbae....udah mulai nggak suka nih sama JOKOWI...
ReplyDeleteGak juga, coba di search soal jokowi, sisi baiknya juga ada yg ditampilkan...kritis aja, ke siapa saja...posisikan di luar semuanya... [-(
Delete