GuidePedia

Keduanya sama sama wanita, keduanya sama sama pemimpin wilayah. Akan tetapi, pengalaman dan cara pandang membuat keduanya berseberangan pendapat tentang kebijakan mengatasi prostitusi/pelacuran di wilayahnya. Inilah pernyataan dan aksi mereka tentang prostitusi. Mana yang kamu dukung?

Dua pemimpin wanita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada sebagian wanita yang ia pimpin melacurkan diri atau dipaksa melacur untuk mencari uang. Keduanya menganggap itu pekerjaan yang nista, tapi mereka berbeda saat harus memutuskan untuk membiarkan atau menghentikan.

Tri Rismaharini harus menangani kompleks pelacuran dolly yang konon sudah berdiri sejak tahun 1966. Bahkan disebut-sebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Bayangkan , diperkirakan hampir 9000 wanita berbagai usia melacurkan diri di area yang luas tersebut. Bahkan disebut-sebut Dolly mengalirkan uang ke APBD Surabaya sekian puluh miliar rupiah tiap bulannya. Tak heran kala Ibu Risma bertekad untuk menutup Dolly, banyak kalangan yang ragu...bahkan melawan. Ibu Rismapun sampai menyatakan siap mati demi kebijakan ini.

Di wilayah lain, Widya, bupati Kendal justru pesimis dirinya mau menutup praktik-praktik prostitusi. Bagi Widya, pelacuran adalah pekerjaan kepahlawanan demi keluarga, diriyapun sangsi kalau bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi mantan pelacur yang bisa menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Berikut pernyataan-pernyataan Widya tentang prostitusi yang dikutip berbagai media nasional.

“Bisa saja menutup tempat pelacuran, tapi PSK-nya harus diberi pekerjaan dulu,”

" Pekerja seks komersial adalah pahlawan keluarga karena mereka umumnya bekerja untuk menghidupi keluarga. Dalam kondisi itu, tidak manusiawi jika tempat pelacuran ditutup"

“Selain tidak manusiawi, dengan ditutupnya lokalisasi akan menimbulkan persoalan baru, yaitu menambah kemiskinan dan merebaknya penyakit kelamin. Pasalnya, kemungkinan para PSK itu akan mangkal di jalan-jalan bila lokalisasi ditutup,”

“Pernah saya tanya kepada para PSK. Kenapa kembali ke lokalisasi? PSK itu menjawab karena kesulitan mencari pelanggan. Sementara kalau dia menjadi PSK, sehari bisa mendapat lima pelanggan,”

Bupati Kendal ini pun berencana akan mengganti slogan "Kendal Beribadat" menjadi "Kendal Hebat". Slogan "Kendal Beribadat" sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat Kendal.

“Beribadat mempunyai arti yang positif. Sementara di Kabupaten Kendal masih ada beberapa tempat pelacuran besar dan juga banyak pengguna narkoba. Kalau nanti slogannya diganti dengan 'Kendal Hebat', bisa memotivasi orang Kendal untuk bisa menjadi orang hebat. Sebab, orang hebat bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak,”

Sementara itu, Risma telah bersiap untuk menutup lokalisasi besar di Surbaya. Semua itu adalah buah perjalanan panjang dari penyelidikannya yang mendalam tentang dampak praktek prostitusi di kotanya.

Bagi Widya, pelacur adalah pahlawan keluarga karena mereka bekerja untuk menghidupi keluarga. Namun dari penyelidikan di lapangan, Risma menemukan bahwa anak anak perempuan yang menjadi korban perdagangan wanita ternyata selalu memiliki koneksi dengan kompleks prostitusi. Tak hanya itu, Risma menemukan bahwa murid-murid sekolah yang terkait dengan kompleks dolly adalah anak-anak yang tertekan jiwanya dan begitu banyak permasalahan hidupnya.

Risma makin yakin bahwa kompleks pelacuran Dolly harus ditutup setelah menemukan fakta bahwa di usia tuanya, seorang PSK tidak benar-benar bisa menghidupi dirinya. Dalam obrolan mendalamnya dengan seorang nenek berusia 62 tahun yang masih menjadi PSK, Risma menemukan bahwa semua uang yang dimiliki oleh PSK hanya habis untuk membeli baju dan kosmetik, sehingga di hari tua tidak ada harta yang ia miliki. Karena satu-satunya kemampuan yang dimiliki si nenek adalah melacur, maka ia mau menerima bayaran 1000-2000 dari anak-anak SD dan SMP. Tak terbayangkan berapa panjang lagi rantai pelacuran apabila tidak segera dihentikan.

Bagi Widya maupun Risma, para PSK harus diberi pekerjaan dulu sebelum lokalisasi betul-betul ditutup. Karena bila tidak, mereka akan melacur lagi karena itu satu satunya kemampuan yang mereka tahu akan menghasilkan uang. Bedanya, Risma sudah memulai langkah nyata karena tekadnya untuk menutup Dolly.

Untuk menanggulangi dampak-dampak akibat ditutupnya lokalisasi Dolly, Risma menganggarkan 28 milyar untuk pembangunan di bekas kawasan lokalisasi Sememi dan Klakahrejo. Rencananya, anggaran akan digunakan untuk membangun pasar, sentra pedagang kaki lima, dan sejumlah sarana fasilitas umum lainnya. “Dengan begitu, warga penghuni eks lokalisasi mendapat peluang kerja untuk memenuhi kebutuhan ekonominya,” kata Risma.

Risma jelas memiliki tekad yang kuat dibanding Widya, bahkan Risma telah pamit kepada keluarganya andai ia harus mati demi ditutupnya Dolly. Akankah Widya bersikukuh untuk tidak bergerak? ataukah ia akan mengikuti jejak Risma untuk mengatasi bibit prostitusi di wilayahnya?

Referensi
1.http://regional.kompas.com/read/2014/01/23/1107378/Bupati.Widya.Nilai.PSK.adalah.Pahlawan.Keluarga
2.http://sosok.kompasiana.com/2014/01/25/psk-pahlawan-keluarga-menunggu-debat-ibu-risma-vs-ibu-widya-di-tv-630590.html
3.http://id.berita.yahoo.com/risma-siapkan-rp-28-miliar-untuk-eks-psk-093901702.html
4.http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/29/6/198077/Tri-Rismaharini-Rela-Mati-Demi-Tutup-Lokalisasi —


Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !Lihat yg lebih 'seru' di sini !

Beli yuk ?

 
Top