Di hamparan luas dataran garam besar di Makgadikgadi, utara Kalahari, terletak sebuah singkapan granit terisolasi, sekitar 10 meter tingginya dan kira-kira satu kilometer panjangnya, yang dikenal sebagai Pulau Kubu. Berbentuk sabit, dan lereng sekelilingnya yang penuh dengan kerikil dan fosil, memberikan bukti bahwa dahulu terdapat air di danau prasejarah yang pernah menutupi wilayah ini. Batuan hampir putih di Pulau Kubu dimahkotai dengan pohon-pohon baobab raksasa dan reruntuhan misterius, milik mereka yang pernah disebut tempat ini rumah.
Makgadikgadi pan adalah salah satu dataran garam terbesar di dunia yang mencakup sekitar 16.000 km persegi. Dataran ini muncul dari sisa-sisa danau raksasa yang pernah menutupi sebagian besar pusat Botswana beberapa juta tahun yang lalu. Perubahan iklim, gempa bumi dan pengalihan sungai yang memberi danau ini pasokan air, menyebabkan ia menyusut dan menghilang ke depresi datar tanah liat dan garam.
Makgadikgadi pan yang tanpa fitur menyingkap beberapa batuan beku yang terisolasi di permukaannya, terutama Pulau Kubu di barat. Setelah beberapa hujan musim panas, dataran garam berubah menjadi danau dangkal berkilauan, memberikan sekilas gambaran tentang bagaimana danau raksasa dulu pernah terlihat. Kadang-kadang ketika hujan sangat deras, Makgadikgadi pan mendapat tambahan air dari lima sungai musiman. Hal ini menarik sejumlah besar pelican dan jutaan flamingo ke Makgadigadi.
Bukti bahwa dahulu Makgadikgadi pan adalah mantan danau ada dalam bentuk kerikil pantai dan fosil di sekeliling Pulau Kubu dan singkapan granit lain di sekitar pan. Banyak batu di Kubu berwarna putih, dan tertutup oleh fosil guano dari burung-burung yang dulu sering datang ke sini ketika tempat ini masih menjadi danau.
Pada bagian selatan pulau Kubu terletak dinding batu kering, setinggi 1,25 meter, dalam bentuk huruf "C". Di luar nya terdapat sejumlah tumpukan batu. Mantan tepi danau dipenuhi alat jaman batu, panah dan manik-manik kaca. Arkeolog percaya dinding ini milik dinasti Great Zimbabwe dalam periode waktu antara 1400 hingga 1700 AD. Tempat ini mungkin pernah menjadi 'kamp sunat' untuk anak-anak suku yang diambil untuk di sunat dan upacara menuju dewasa.
Orang-orang dari desa terdekat menjaga Pulau Kubu dan Kepulauan Thithaba di sebelahnya sebagai tempat suci, dan pria di atas 16 tahun mengunjungi pulau-pulau ini untuk melakukan kontak dengan Tuhan, menyanyikan lagu tertentu untuk hujan dan meninggalkan korban disana.
Sumber