GuidePedia


Filipina pekan lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013 yang mencapai 7,8 persen. Realisasi pertumbuhan ekonomi anggota ASEAN ini jauh di atas Indonesia dan China.

Kinerja ini sontak mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali pemerintah Indonesia. Pasalnya, capaian ekonomi Tanah Air yang cukup positif, mendadak tersalip oleh Filipina. Posisi Indonesia kini di urutan ketiga se-Asia dalam hal pertumbuhan ekonomi.

Padahal, perekonomian Filipina selama beberapa dekade stagnan dibandingkan negara lain di kawasan Asia. Sekitar seperempat dari total populasi 60 juta orang, hidup di bawah garis kemiskinan, alias hanya berpendapatan USD 60 sen dollar atau Rp 6.000 per hari.

Setelah Presiden Benigno Aquino terpilih pada 2010, ekonomi membaik dan selalu positif setiap tahun. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi negara mayoritas Katolik ini rata-rata hanya 4,6 persen.

Fakta mengkilapnya kinerja Filipina semakin membuat pemerintah ketar-ketir, pasalnya kinerja Indonesia tahun ini terancam melambat dibanding 2012.

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen saja, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bergantung pada kecepatan DPR membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan (RAPBN-P) yang berisi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Di saat pemerintah masih sibuk dengan tarik ulur kebijakan BBM subsidi, para pengamat khawatir investor bakal mengalihkan modal ke Filipina yang lebih "cerah".

Alhasill, kini pelbagai pihak berusaha menganalisa apa saja penyebab ngebutnya ekonomi Filipina. Mulai dari pejabat pemerintah hingga mantan pejabat urun suara.

Berikut lima alasan negara tetangga itu kinerja ekonominya kini mampu melampaui Indonesia, seperti disarikan Merdeka:

1. Penduduk Filipina cuma 60 juta jiwa
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana termasuk yang mengapresiasi kinerja ekonomi Filipina. Dia tidak kaget dengan pertumbuhan yang cepat negara itu di bawah kepemimpinan Presiden Benigno Aquino. Â

Alasannya, penduduk Filipina lebih sedikit dari Indonesia. Ketika perekonomian sedang bagus, maka pertumbuhan pun lebih cepat terakselerasi.

"Kita itu punya potensi sendiri, masing-masing negara kan beda-beda. Kalau Filipina (jumlah penduduk sekitar) 60 juta jiwa, kita berapa? 240 juta, demokratis dengan berbagai potensi," ujarnya di DPR, Kamis (30/5).Â

Karena itu, Armida tetap optimis aliran dana investasi akan terus masuk ke Indonesia, walaupun Filipina kini sudah masuk pertimbangan investor asing.

2. Filipina serius mereformasi ekonomi
Rezim Presiden Benigno Aquino dinilai serius menjalankan agenda reformasi keuangan. Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro.

"Filipina itu sekarang sedang dalam momentum bagus, pertumbuhan ekonomi 6,6 persen, dapat investment grade, Current Accountnya surplus. Berarti dia punya momentum. Dan dia lagi reform," ujar Bambang usai Rapat Kerja bersama Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (30/5).

Hanya saja, Bambang enggan menyebut Indonesia kalah bersaing dengan Filipina. Alasannya, tidak jauh beda dari Armida, yaitu permasalahan Indonesia yang berpenduduk 240 juta orang lebih rumit dari negara tetangga di ASEAN itu.

Selain itu, dia membandingkan kinerja Indonesia memulihkan ekonomi lebih cepat dari Filipina yang bertahun-tahun tak pernah merasakan pertumbuhan di atas 5 persen.

"Kita tidak ada kalah atau menang. Filipina itu sudah lama sekali enggak ngerasain pertumbuhan ekonomi 6 persen. Dia itu pernah dianggap orang sakitnya Asia, karena lama sekali pertumbuhannya jelek. Kita kan setelah krisis 1998 recover-nya cepat," cetusnya.

3. Faktor Presiden Benigno Aquino
Presiden Benigno Aquino menjadi alasan utama capaian ekonomi Filipina yang dahsyat tiga tahun terakhir. Dia memiliki visi kuat dalam bidang ekonomi dan pandai menggenjot momentum positif pasar lewat kebijakan-kebijakannya.

Hal ini diakui oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dia pun menegaskan, pertumbuhan di atas 5 persen tercipta sejak presiden yang akrab dipanggil Ninoy itu. Meski demikian, Mantan Dirut PLN ini tetap saja terkejut melihat betapa hebatnya Filipina sekarang.

"Pertumbuhan ekonomi Filipina memang termasuk kencang sejak 2010 lalu.Setelah kemarin ketemu Presiden Benigno Aquino, saya terkejut saat mendarat di Filipina. Waktu itu Biro Pusat Stasistik sana mengumumkan petumbuhan ekonomi Filipina kuartaI 1 mencapai 7,8 persen," ujarnya di Kementerian BUMN, Jumat (31/5).

Tak khawatir capaian Indonesia kini disaingi Filipina, Dahlan malah melihat peluang bisnis dari pertumbuhan ekonomi yang kencang dari negara tetangga itu. Dia percaya warga Filipina yang semakin kaya akan membutuhkan produk barang dan jasa dari negara lain, termasuk Indonesia.

"Nah tentu waktu ketemu Presiden Aquino, saya ucapkan selamat pertumbuhan ekonomi yang besar. Di sana lagi memerlukan atau akan membeli produk Indonesia atau negara lain," kata Dahlan.

4. Filipina tak pusing soal subsidi BBM
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla punya pendapat lain soal kecepatan pertumbuhan ekonomi Filipina yang luar biasa. Menurut Ketua Palang Merah Indonesia ini, negara itu tidak disibukkan dengan isu energi, khususnya subsidi bahan bakar.

Dia pun menilai, Indonesia kalah telah karena terlalu boros mengeluarkan duit negara untuk sektor yang tidak produktif. Seandainya subsidi BBM dialihkan untuk infrastruktur, Kalla percaya pertumbuhan negara ini bisa lebih tinggi dari Filipina.

"Satu-satunya masalah kan karena subsidi kan, kan kemampuan berkurang karena subsidi kan, sekiranya subsidi sudah sejak awal tahun lalu, jauh lebih mampu kita dibanding Filipina. Itu kan masalah kebijakan saja," ungka Kalla di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Sabtu (1/6).

5. Filipina maksimalkan tenaga kerja asing
Di Indonesia, berita-berita soal nasib buruk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih sering mengemuka. Cerita sebaliknya muncul dari Filipina. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, negara itu efektif mendorong transfer devisa dari tenaga kerjanya di luar negeri.

Sikap pemerintah Filipina mendukung tenaga kerjanya di luar negeri terlihat dari padunya politikus dan birokrasi.

"Kebijakan ekonomi ke dalam birokrasinya dia betul-betul ter-reform dengan baik," papar Kalla.

Tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, kebanyakan perempuan memang sejak lama menopang pendapatan devisa Filipina. Tenaga kerja negara itu terdidik, dan di luar negeri menjadi perawat atau pengasuh anak dan lansia.

Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! 
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Beli yuk ?

 
Top