GuidePedia

0
bandara blimbingsari

Hari kedua berada di Banyuwangi waktu yang ada cukup nanggung. Siang hari saya sudah harus ke Bandara Blimbingsari untuk mengejar penerbangan saya ke Surabaya. Mau jalan-jalan lagi rasanya juga sudah tidak begitu semangat mengingat waktu yang mepet. Selain itu jarak antara Kota Banyuwangi dengan Bandara Blimbingsari cukup jauh sekitar 18 km. Ditambah lagi tidak ada angkutan umum sama sekali yang melewati Bandara Blimbingsari membuat saya harus menyediakan waktu ekstra.

Pagi hingga siang hari saya habiskan untuk mencari makanan-makanan khas Banyuwangi. Tidak ada makanan yang begitu istimewa yang saya temui. Mungkinkah saya melewatkan makanan-makanan khas yang enak di Banyuwangi? Mungkinkah saya tidak tahu tempat-tempat makanan tersebut? Ntahlah, yang jelas saya hanya menemukan yang namanya Nasi Tempong. Tidak ada yang begitu istimewa dengan Nasi Tempong karena hanya berupa nasi putih yang dihidangkan bersama dengan anek macam lauk yang bisa dipilih sesuai dengan selera kemudian ditambahkan sambal yang begitu pedas. Sambal inilah yang menjadikannya berbeda dengan makanan sejenis yang banyak terdapat di kota atau tempat lain.

Kenyang makan saya pun mulai beranjak meninggalkan Banyuwangi. Dengan menaiki angkot saya menuju ke Terminal Karangente yang terletak di sebelah selatan kota. Dari Terminal Karangente saya melanjutkan perjalanan dengan Bus Akas Asri tujuan Jember-Surabaya. Saya nggak akan ke Jember atau Surabaya dengan bus kok. Saya hanya akan turun di Rogojampi, salah satu kota kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Tempat yang sama saat saya menunggu bus yang akan menuju Banyuwangi sehari sebelumnya. Dari sini ke Bandara Blimbingsari sudah tidak jauh lagi karena memang Bandara Blimbingsari masuk ke Kecamatan Rogojampi. Tapi jangan bayangkan dekatnya bisa ditempuh dengan jalan kaki dalam waktu singkat karena sedekat-dekatnya berjarak 6 km. Alternatif transportasi yang bisa digunakan adalah ojek dengan ongkos 15.000. Tapi saya nggak terburu-buru sampai di Bandara Blimbingsari. Meskipun sebentar, saya mencoba mengeksplor kota kecil Rogojampi. Disini juga tidak ada yang begitu menarik. Hanya ada kios-kios pedagang, toko, mini market, bank, kantor, dan lain-lain. Sebelum menluncur ke bandara saya menyempatkan makan lagi di warung yang terletak di pinggir jalan utama Rogojampi. Menunya agak unik sih, nasi pecel tapi diberi sayur nangka yang dimasak santan. Walaupun terlihat agak aneh tapi rasanya lumayan sih, apalagi harganya juga murah. *nggak ada foto, keburu dimakan*

Setelah puas makan untuk yang kedua kalinya barulah saya memanggil tukang ojek untuk mengantarkan saya ke Bandara Blimbingsari. Dalam hitungan menit saya sudah tiba di pintu gerbang depan bandara yang di portal dan dijaga avsec. Saya hanya diantar sampai portal saja. Untuk itu saya harus berjalan sekitar 150 meter dari gerbang menuju bangunan utama bandara. Sebelum masuk tadi saya melapor dulu kepada avsec yang berjaga portal. Saya menjelaskan bahwa saya adalah calon penumpang yang akan berangkat. Avsec mempersilakan saya masuk. Selama berjalan menuju ke terminal saya sempatkan mengambil beberapa foto bandara. Namun tidak disangka dari arah bangunan terminal ada seorang avsec yang menghampiri. Avsec ini menanyakan keperluan saya. Saya kembali harus menjelaskan kalau saya merupakan calon penumpang Merpati tujuan Surabaya yang berangkat nanti. Avsec kemudian meminta maaf karena mencurigai saya kemudian menawarkan boncengan motor untuk mengantar saya sampai terminal. Siang itu panasnya kebangetan, jadi tawarannya sayang kalau ditolak. Pak Avsec bercerita kalau tadi dia mendapat laporan dari tower sehingga langsung menghampiri saya. Duuh dikira orang iseng atau teroris ya? -__-

bandara blimbingsari
bandara blimbingsari

Bandara Blimbingsari memang sepi. Ada sedikit akitifitas saja pasti akan terlihat mencolok. Kebanyakan yang masuk ke area bandara juga menggunakan taksi. Atau minimal naik motor lah. Hampir tidak ada yang jalan kaki seperti saya tadi. Apalagi saya sempat mengambil beberapa foto. Wajar kalau avsec yang ada di tower mencurigai saya. Dari sini saya baru tahu meskipun Bandara Blimbingsari bukan basis militer namun rupanya cukup strict juga.

Sampai di gedung terminal belum ada seorangpun yang datang ke bandara. Hanya saya sendiri ditemani oleh ibu-ibu yang baru saja membuka warungnya. Ya ini juga satu-satunya warung yang ada di Bandara Blimbingsari. Jualannya pun hanya makanan dan minuman ringan saja. Tidak lama kemudian ada sesorang yang menghampiri saya mengajak ngobrol. Ternyata seorang staff Merpati yang berangkat ke Banyuwangi satu pesawat dengan saya kemaren. Staff ini sedang ditugaskan di Banyuwangi. Dari sini saya mendapat banyak informasi mengenai merpati. Dari mas ini juga saya baru tahu kalau penerbangan Merpati dengan MA60 dari/ke Banyuwangi ini maksimal diisi 36 penumpang meskipun kapasitas maksimum pesawat adalah 56 tempat duduk. Hal ini diakibatkan oleh runway Bandara Blimbingsari yang belum mampu menahan beban maksimum jika terisi 56 penumpang.

Pantas saja kemaren saat berangkat pesawat tidak penuh, hanya ada 36 penumpang saja. Sedangkan dari Banyuwangi ke Surabaya ini menurut staff juga sudah full booked dengan total 36 penumpang. Ada baiknya juga sih kalau pengelola mempertebal aspal runway sehingga pesawat sekelas MA60 atau Fokker 50 bisa mengangkut penumpang dengan kapasitas maksimum. Kalau pesawat hanya bisa diisi 36 pax sementara kapasitasnya 56 pax ya wajar kalau harga tiket di rute ini cukup tinggi. Jadi ini merupakan sebuah keberuntungan karena saya bisa mendapatkan tiket secara gratis dari Program Kicau Merpati.

bandara blimbingsari
bandara blimbingsari

Saat saya baru datang, bandara masih tutup. Tidak ada aktifitas yang berarti kecuali gemuruh pesawat-pesawat latih Cessna yang digunakan untuk berlatih touch and go oleh siswa BIFA. Namun tidak lama kemudian satu per satu calon penumpang mulai berdatangan. Pintu terminal keberangkatan juga sudah dibuka. Bapak-bapak avsec sudah siap menjalankan tugasnya. Calon penumpang yang akan check in dipersilakan masuk. Seperti biasa diadakan security check sebelumnya. Karena keterbatasan fasilitas, security check dilakukan secara manual. Tidak ada scanner X-Ray disini. Untuk mengecek barang bawaan juga harus dibongkar satu per satu. Saya juga ikut masuk untuk check in kemudian keluar lagi. Ada hal lucu yang saya perhatikan, tidak sedikit dari calon penumpang yang datang hanya untuk check in, menaruh barang bagasi, kemudian pergi lagi dan baru kembali saat sudah mendekati jadwal keberangkatan. Enak banget kan ya? Hehe..


http://www.wijanarko.net/2012/01/kembali-lagi-ke-bandara-blimbingsari.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top