GuidePedia

0
  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw8RAOTpB-Gc3czgIWdigtdJaPhXgj0pVFPqqngWDiybPGPkVskXELlfwVkLQnZ6duaa5JeM5r5I57hf8wzbpYDmuzzSdgKhJMuODiDkfXCd0GLigz8wAO0_61m4qRR5KO00JnBQ/s1600/IMG00104-20100821-2214.jpg
Malam itu sudah larut saat aku sampai di kota Jakarta untuk melanjutkan kembali perjalananku ke lokasi kerja besok hari. Rasanya lapar sudah sudah tak tertahan. Namun lidah ku protes saat otak ku mulai membuka menu makanan hotel. Sudah puluhan kali aku menginap dan makan menu hotel. Wajar kalau lidah ku protes.

Aku menuju restoran ‎​‎​siap saji KFC yang berada di depan hotel. Berharap ada menu yang membuat lidah ku mengucap alhamdulilah. Sepi pengunjung dan gerimis pula. Ku pesan beberapa potong ayam dan minuman hangat. Rasanya nikmat betul perut ini sambil menatap kaca yang di tetesi gerimis. Makanan ku telah usai, saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Menuju ke pintu depan dan hujan makin lebat. Aah..rasanya malas basah walau hanya menyebrang jalan.

Niat sudah bulat untuk menerobos hujan namun niatku terhenti saat telingaku mendengar kalimat, 'mak, aku ingin sekali makan ayam itu mak..gimana rasanya ya mak?'. Ku tolehkan kepalaku sampai aku menemukan seorang ibu berumur 40 tahun-an dengan 2 anak perempuan yang menurut ku berumur 4 dan 6 tahun. Sangat sederhana bahkan terlalu usang pakaian yg mereka kenakan. Si kecil bahkan memakai baju yang kebesaran yang mungkin juga punya kakaknya. Mereka duduk bersimpuh di teras KFC dan 2 anak itu menempelkan wajahnya di kaca seolah-olah wajah mereka sudah tertanam di kaca itu. Si ibu hanya menunduk sambil memperhatikan air hujan yang jatuh.

Aku mencoba berpura-pura berteduh pula di dekat mereka. Tapi ku acuhkan saja sambil kepalaku menatap jalanan. 'Mak, mak tahu rasanya ayam itu mak??', 'lihat mak, ayam nya besar-besar..', 'mak, mahal ya mak makan disini?'. Banyak sekali pertanyaan yang di ajukan si sulung yang satu pun tidak di jawab ibunya. Si kecil terus memperhatikan ke dalam restoran. Rupanya dia memperhatikan seorang anak sebayanya yang sedang makan sambil bermain di playground.

'Sudahlah nak, itu makanan orang kaya. Rasanya biasa dan sangat mahal', kilah si ibu. 'Mak, kalau aku punya duit, aku mau beli mak. Aku mau beli buat adik dan sama mak. Nanti kita bagi tiga'. Tuhan, hati ku berdesir saat kulihat si ibu mengeluarkan dompet kumalnya dan menghitung uang recehnya. Dengan sembunyi-sembunyi dia menghitung uang yang kuyakini jumlahnya tidak lebih dari 5 ribu rupiah. Kudengar desah kecewa saat dia memasukan lagi uang-uang itu ke dalam dompetnya. Si sulung melihat ibunya, 'mak mau beli ?!?'. ' Nggak, uang ini buat makan besok, kalian masih kuat puasa kan sampe besok? Besok kita makan di rumah engkong haji aja, siapa tahu masih ada sisa bakso dari warungnya..tapi jangan lupa kta cuci piring dulu baru minta makan. Ingat, kita bukan pengemis'.

'Mak, lapar..' lirih si kecil. 'Makan gorengan aja ya, mak beli satu, nanti kalian bagi 2'

Stop, aku tidak kuat lagi. Rasanya semua ayam, nasi, minuman yang baru ku makan mau keluar lagi. Sekikir apapun orang, minimal akan tergetar hatinya mendengar percakapan ini. Aku tidak tahu ini nyata atau di sebuah film dengan kualitas sempurna. Tapi dialog ini benar-benar nyata.

'Adik mau ayam itu? Ayo kita masuk dan kita makan di dalam'. Mereka menatap heran. 'Gak usah mas, terima kasih'. Kupaksa mereka masuk. Sekecil dan kakaknya saling berpandangan seolah saling menunggu keputusan.

'Ayolah..' Aku merayu..

Akhirnya mereka masuk juga..ku suruh mereka duduk di satu meja. Kupesan menu besar dan lengkap buat mereka. Saat makanan-makanan itu tersaji, mata-mata mungil mereka menatap makanan itu dengan takjub. Si ibu hanya terdiam..

'Silakan makan..' Kataku.
Si ibu mulai berbicara pelan dengan ku.. 'Mas, kami bukan pengemis..'
'Saya tahu, tapi saya memberi ini semua karena saya harus memberi..'

Pelan dan malu mereka mulai makan. 'Enak ya kak..'. Kata si kecil dengan mulut penuh ayam..

Bergulir setetes air mataku di atas mimpi si miskin. Mimpi yang bagi mereka mimpi buruk. Mimpi yang berharap jangan datang walau mimpi itu elok. Tak ada sekecil ruang hati si miskin yang menerima mimpi gila itu.

Alangkah bahagia nya aku malam itu. Mereka juga bahagia walau aku tahu besok mereka akan bersedih lagi.. Ya Allah murahkanlah rejeki mereka besok dan seterusnya...


Anda tersentuh ? di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top