GuidePedia


BANYAK cara untuk beraktivitas sosial. Misalnya yang digagas Sekar Sosronegoro. Gadis Jakarta itu menggerakkan para perokok guna menyisihkan uang rokoknya yang berkurang selama Ramadan untuk dirupakan sembako bagi masyarakat miskin. Hingga tahun ketiga ini, aksi tersebut telah menyebar ke empat kota.   

----------- GUNAWAN SUTANTO, Jakarta ----------- 
Sore itu (25/7) Jawa Pos menemui Sekar Sosronegoro di sebuah kedai kopi di kawasan SCBD (Sudirman Central Business District), Jakarta Selatan. Dia mengaku sepanjang hari itu sibuk berkomunikasi dengan para volunter dan koordinator dari beberapa daerah untuk pelaksanaan program Sembako Ramadan 2013. 

”Alhamdulillah, tahun ini program Sembako Ramadan sudah ada di empat kota. Jadi, saya harus lebih meluangkan banyak waktu untuk berkoordinasi dengan teman-teman di empat kota tersebut,” ujarnya mengawali pembicaraan. 

Program Sembako Ramadan yang digagas Sekar memang sudah berjalan tiga tahun dan tersebar di empat kota. Selain Jakarta, kini kegiatannya juga merambah Bandung, Jogjakarta, dan Surabaya. Aksi itu dimulai Sekar dan kawan-kawan di Jakarta pada 2011. Dia mengawali penyebaran ”virus kebaikan” tersebut melalui media sosial, salah satunya akun Twitter @sembakoramadan. 

”Dari situ saya terhubung dengan orang-orang yang memiliki semangat dan keinginan yang sama. Salah satunya dengan Kika Dhersy Putri, koordinator Sembako Ramadan Surabaya (pengasuh rubrik Halau Galau Jawa Pos For Her, Red),” papar perempuan yang memiliki nama lengkap Sekar Pandan Wangi Sosronegoro itu. 

Sekar menjelaskan, sebenarnya program Sembako Ramadan merupakan tindak lanjut semangatnya terhadap kegiatan kampanye antirokok. ”Selama ini saya memang aktif dengan berkampanye antirokok. Program ini merupakan tindak lanjut dari semangat itu,” ungkap penyuka musik, film, dan street art tersebut. Menurut Sekar, dengan program itu, sebenarnya dirinya ingin menyentuh para perokok tanpa harus membuat mereka merasa dihakimi. Dalam pandangan Sekar, pasti banyak perokok yang muslim dan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Hanya, di bulan suci ini, mereka pasti mengurangi jatah merokoknya, terutama pada siang hari. Maka, bujet uang rokok yang dikurangi itulah yang digalang para aktivis Sembako Ramadan. 

”Uang yang terkumpul kemudian dibelikan sembako dan dibagikan kepada masyarakat miskin,” terangnya. Kepada para perokok yang menjadi target sasaran, Sekar cs biasanya melakukan pendekatan dengan mengenalkan program itu. Salah satunya dengan memberikan paparan tentang bernilainya bujet rokok yang berkurang selama Ramadan. 

”Saya analogikan, selama Ramadan setidaknya para perokok bisa menghemat empat pak rokok. Kalau dirata-rata, nilainya sekitar Rp 50 ribu, maka uang itulah yang saya arahkan untuk didonasikan sebagai sembako bagi warga miskin,” jelas perempuan kelahiran Jakarta, 1 September 1980, tersebut. Nilai paket Sembako Ramadan yang dibagikan memang sekitar Rp 50 ribu per kepala keluarga. Paket sembako itu antara lain berisi 5 liter beras, 0,5 liter minyak goreng, dan 0,5 kilogram gula. 

”Dari hasil survei kami ke keluarga miskin, kebutuhan sembako senilai itu cukup untuk konsumsi seminggu,” ucapnya. Di awal program, kebanyakan para perokoklah  yang bersedia menyisihkan bujet rokoknya. Namun, belakangan donasi juga banyak diberikan mereka yang tidak merokok. Sekar pun kini tidak begitu repot lagi untuk mengumpulkan dana Sembako Ramadan. Bukan hanya itu, menurut pengakuan Sekar, dari program ini akhirnya juga banyak perokok yang berusaha mengurangi aktivitas merokoknya. 

”Kalau yang benar-benar berhenti saya belum pernah tahu. Tapi, yang mengurangi rokok banyak,” tegasnya. Saat program ini berjalan kali pertama pada Ramadan 2011, dana yang terkumpul dari donatur mencapai Rp 13,28 juta. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli sembako dan dibagikan kepada 332 keluarga miskin. Pada Ramadan tahun lalu, jumlah donasi meningkat menjadi Rp 29,29 juta. Uang tersebut dibelikan sembako untuk 640 keluarga. Sekitar 150 sembako didistribusikan untuk keluarga miskin di Surabaya. ”Ada juga sumbangan yang berasal dari teman-teman di Surabaya,” ungkap konsultan komunikasi itu. Nah, pada Ramadan tahun ketiga ini, uang yang terkumpul meningkat lagi. Hingga minggu ketiga, sudah terkumpul sekitar Rp 40 juta. Jumlah tersebut masih bisa bertambah mengingat program itu baru selesai 31 Juli nanti. 

”Tahun ini dana yang terkumpul meningkat tajam karena penggalangannya di empat kota,” kata Sekar. Kepada para donatur, Sekar dkk selalu menawarkan lokasi pembagian sembako yang diinginkan. Maksudnya, donatur bisa memilih Jakarta, Bandung, Jogjakarta, atau Surabaya untuk mendistribusikan donasinya. Setelah dana terkumpul, Sekar bersama sejumlah aktivis menggunakannya untuk berbelanja sembako. 

”Untuk yang di luar kota (Jakarta), uangnya saya serahkan ke koordinator untuk dibelanjakan,” ujarnya. Pembagian sembako dimulai H-4 Lebaran. Hal itu dimaksudkan agar sembako bisa dimanfaatkan warga penerima untuk menyambut Lebaran. 

”Sebelum dibagikan, biasanya kami melakukan survei terlebih dahulu ke kampung-kampung. Blusukan. Kami tidak ingin sembako itu salah sasaran,” tegas dia. 

”Kami perlu tahu kondisi keluarga yang akan menerima bantuan. Misalnya, bagaimana tempat tinggalnya, apa saja yang dimiliki di rumah tersebut, hingga bagaimana kondisi anak-anak mereka,” tuturnya. Sekar kemudian menunjukkan foto-foto di sebuah perkampungan pemulung dan pengemis di daerah Mangga Dua. Salah satunya foto rumah yang dibangun di atas lantai bambu. 

”Ternyata, di bawah lantai bambu itu rawa-rawa yang penuh sampah. Bisa dibayangkan bagaimana anak-anak tumbuh kembang di kawasan kumuh seperti itu,” ungkapnya. Jawa Pos berkesempatan mengikuti Sekar melakukan survei ke kampung pemulung di Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin (27/7). Kampung itu berada di kompleks pemakaman Kristen yang sebagian sudah tak terawat. Lokasinya diapit perkantoran Rasuna Said, apartemen, dan mal Casablanca. Sekar tampak tak canggung menyapa warga kampung tersebut. Dia beberapa kali memotret kondisi yang menurutnya tidak layak huni itu. Sesekali dia juga mengajak warga berdialog dan melihat ke dalam rumah semipermanen mereka. 

Untuk pertanggungjawaban penggunaan dana dan pembagian sembako dari para perokok tersebut, Sekar selalu mengabadikan setiap aktivitasnya. Foto-foto aktivitas itu kemudian disebarkan melalui situs www.sembakoramadan.com. ”Ke depan, saya berharap program ini tidak sekadar besar dalam sisi donasi. Namun juga bisa membawa pengaruh positif terhadap para perokok. Syukur-syukur ada yang insaf,” tutur Sekar. 

Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !Lihat yg lebih 'seru' di sini !

Beli yuk ?

 
Top