Empat abad setelah kematiannya, Raja Perancis, Henry IV akhirnya bisa disemayamkan secara layak. Lengkap dengan kepalanya yang lama raib.
Sebab, pada Selasa 14 Desember 2010, tim peneliti multidisipliner mengumunkan identitas kepala mumi lengkap dengan isi otaknya sebagai Raja Henry IV.
Kepastian identitas kepala mumi diperoleh setelah para peneliti yang dipimpin oleh ahli forensik dan osteo-arkeolog, Philipp Charlier dari University Hospital R Poincaré, Garches, Prancis mengkomparasikan kepala itu dengan patung dan potret Henry IV yang tewas dibunuh pada 1610.
Sebab, pada Selasa 14 Desember 2010, tim peneliti multidisipliner mengumunkan identitas kepala mumi lengkap dengan isi otaknya sebagai Raja Henry IV.
Kepastian identitas kepala mumi diperoleh setelah para peneliti yang dipimpin oleh ahli forensik dan osteo-arkeolog, Philipp Charlier dari University Hospital R Poincaré, Garches, Prancis mengkomparasikan kepala itu dengan patung dan potret Henry IV yang tewas dibunuh pada 1610.
Setelah itu, tim ahli merekonstruksi wajah mumi tersebut secara digital. Hasilnya, sesuai.
Uji radiokarbon terhadap mumi menunjukkan, usia kepala mumi cocok dengan tanggal kematian raja. Kepala itu memiliki tahi lalat yang tidak teratur, serta lubang anting di cuping telinga kanan. Dua fitur tersebut terlihat pada potret dan patung-patung Henry IV.
Tak hanya itu, sejarah mencatat metode pembalseman di mana otak dibuat utuh itu merupakan hal yang lumrah bagi raja-raja Prancis. Di leher mumi para ilmuwan menemukan pita hitam karbon yang cocok dengan bahan-bahan pembalsem raja-raja Prancis.
Di tangan kolektor, mumi tersebut terawat dengan baik. Dari mumi kepala tersebut ilmuwan bisa menggambarkan sosok empunya -- pria botak, bergigi jelek dan mengidap katarak di mata kanannya.
Meski tidak menempuh uji DNA dengan keturunan raja-raja Prancis yang masih tersisa, hasil rekonstruksi wajah digital menguatkan argumen itu.
'Saat ini, setelah identifikasi dilakukan dengan argumen kuat dari setiap pemeriksaan antropologi forensik, kepala Raja Prancis akan disemayamkan di basilika kerajaan, Saint-Denis. Diiringi upacara pemakaman sepantasnya,' demikian tulis peneliti dalam British Medical Journal.
Para ilmuwan juga menyatakan, teknik yang sama juga bisa digunakan kepada anggota keluarga kerajaan lain yang mengalami mutilasi.
Jasad Dipenggal
Sejarah mencatat, Henry IV punya reputasi baik sebagai seorang raja. Salah satunya, ia mengeluarkan dekrit kebebasan beragama bagi pemeluk Protestan.
Namun pada 1610, hidup Henry IV berakhir seperti pendahulunya, Henry III, tewas dibunuh. Ia dimakamkan di Basilika Saint Denis di selatan Prancis -- jasadnya terbaring utuh hingga 1793.
Pada tahun 1793, revolusi Prancis pecah. Rakyat yang marah menyerbu istana dan memenggal rajanya sendiri, Louis XVI.
Dendam dan amarah juga dilampiaskan pada para raja terdahulu. Rakyat menyerbu makam para raja. Mereka membuka makam, memutilasi jasad, dan lalu menguburkan sisa-sisa jasad itu di pekuburan umum di dekatnya. Dalam insiden ini kepala Henry IV hilang.
"Ini adalah simbol menyingkirkan monarkhi," kata John Merriman, sejarahwan Universitas Yale seperti dikutip dari LiveScience.
Namun pada 1610, hidup Henry IV berakhir seperti pendahulunya, Henry III, tewas dibunuh. Ia dimakamkan di Basilika Saint Denis di selatan Prancis -- jasadnya terbaring utuh hingga 1793.
Pada tahun 1793, revolusi Prancis pecah. Rakyat yang marah menyerbu istana dan memenggal rajanya sendiri, Louis XVI.
Dendam dan amarah juga dilampiaskan pada para raja terdahulu. Rakyat menyerbu makam para raja. Mereka membuka makam, memutilasi jasad, dan lalu menguburkan sisa-sisa jasad itu di pekuburan umum di dekatnya. Dalam insiden ini kepala Henry IV hilang.
"Ini adalah simbol menyingkirkan monarkhi," kata John Merriman, sejarahwan Universitas Yale seperti dikutip dari LiveScience.
Sumber: vivanews.com
Post a Comment Blogger Facebook