GuidePedia

1
Pulau Pemana dari atas kapal penumpang

Deru kendaraan berat peti kemas yang berlalu-lalang di depan kami meninggalkan kecamuk debu yang membuat kami tak kuasa untuk sekedar mengernyitkan dahi, mengibas-ngibaskan tangan, hingga menutup mata dan hidung kami. Hampir satu jam kami menunggu keberangkatan kapal yang ada dihadapan kami. Kapal ini akan menuju pulau Pemana, pulau dengan luasan sekitar 5 km2 ini merupakan satu dari 18 pulau dalam gugusan pulau-pulau kecil di laut utara kabupaten Sikka. Dari ke-18 pulau tersebut, hanya sembilan pulau yang ditinggali penduduk, salah satunya pulau Pemana.


Deru mesin kapal berbaur dengan hiruk pikuk penumpang yang satu persatu mulai naik ke atas kapal, mencari posisi yang paling nyaman untuk perjalan 1,5-2 jam kedepan. Kapal ini berkapasitas cukup besar, mungkin ada sekitar 50 orang di dalam kapal belum lagi ditambah dengan muatan lain seperti sembako, kendaraan bermotor, ternak dll. Setiap harinya tersedia hanya satu kapal yang melayani rute Pemana – Maumere pulang-pergi.

Suasana disalah satu rungan dalam kapal

Langit biru cerah dihiasi gugusan awan-awan cumulonimbus rendah menjadi pemandangan khas perairan timur disaat di musim kemarau. Angin teduh dan gelombang yang tak terlalu tinggi memberi kita waktu untuk lebih menikmati perjalanan. Akan tetapi ketika memasuki bulan Juli – Agustus, angin mulai bertiup lebih kencang dari biasanya. Ombak pun beriak lebih tinggi dan dapat dipastikan perjalanan dikala itu akan membangkitkan adrenalin anda. Matahari mulai condong ke barat, perkampungan ala masyarakat pesisir mulai tampak dari kejauhan. Aktifitas pelabuhan terlihat mulai ramai dengan warga yang menanti rekan, saudara, atau sejawatnya yang akan segera berlabuh. Beberapa tukang ojek dengan sigap menawarkan jasa angkutan kepada penumpang yang terlihat kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Jika anda datang dengan rombongan, cobalah menaiki ojek motor roda 3, laiknya mobil pickup lengkap dengan bak belakangnya.

Gugusan awan cumulonimbus menghiasi langit

MPV khas pulau Pemana

Pulau Pemana terdiri dari 2 Desa yaitu desa Pemana dan desa Gunung Sari. Untuk saat ini kapal-kapal yang datang dari Maumere berlabuh di desa Pemana dikarenakan pelabuhan di desa Gunung Sari masih rusak akibat sapuan ombak. Berpenduduk sekitar 1500 jiwa, sebagian besar penduduk pulau Pemana berasal dari suku Buton di Sulawesi. Walaupun terdapat suku lain seperti suku Bajao dan Maumere, namun bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Buton. Selain bermata pencaharian sebagai nelayan seperti desa-desa pesisir pada umumnya, sebagian penduduk pulau Pemana juga bercocok tanam. Hasil pertanian di Pemana berupa kacang hijau, umbi-umbian, jagung, dan kelapa.

Memisahkan kacang hijau dari kulitnya

Dusun Ngolo di Desa Gunung Sari menjadi tujuan saya setelah berlabuh di desa Pemana, untuk sampai di dusun tersebut kita bisa berjalan kaki sekitar 2 jam lebih atau menggunakan jasa ojek motor. Dusun Ngolo merupakan satu dari tiga dusun yang ada di Desa Gunung Sari. Dusun lainnya adalah dusun Waniama dan dusun Siaga. Desa Gunung Sari merupakan pemekaran dari desa Pemana sejak 2003. Desa Gunung Sari sudah ada sejak tahun 1800-an dan menjadi desa pertama yang dihuni di pulau Pemana. Nama Gunung Sari sendiri berasal dari nama kapal layar yang berlayar dari pelabuhan di Jawa, kemudian terdampar di tanjung dusun Siaga. Mitos yang berkembang, kapal ini terdampar karena mengikuti kapal hantu.

Dusun Ngolo dari atas bukit Mbosa

Dari kejauhan pulau Pemana tampak seperti terputus atau terbelah di tengah-tengahnya. Kenyataannya tidak seperti itu. Di tempat yang dari kejauhan tampak terputus itulah dusun Ngolo berada, Ngolo sendiri dalam Bahasa Buton artinya terputus. Dusun Ngolo diapit oleh dua bukit dan dua pantai. Di sisi Timur terdapat bukit Mbosa dan disisi Barat terdapat bukit Sowa, sedangkan di sisi Utara dan Selatan di apit oleh pantai Sawengka dan Woru.

Senja merambat pelan berganti petang, matahari kembali ke peraduannya, semburat jingga menghiasi langit mengiringi langkah saya menuju rumah Bapa Desa Gunung Sari untuk beristirahat. Lampu-lampu di rumah penduduk mulai dinyalakan, senja berganti malam. Sumber listrik di pulau ini cukup terjamin berkat adanya pembangkit listrik tenaga Diesel dari PLN. Masyarakat desa bisa menikmati listrik hampir 24 jam sehari. Bagi anda yang ingin membersihkan badan, di pulau ini telah tersedia sumur-sumur air tawar. Setelah membersihkan badan, kami melanjutkan dengan perbincangan ringan dengan Bapa Desa tentang keadaan umum pulau ini. Pembicaraan kami terhenti ketika salah seorang kerabat Bapa Desa menawari kami untuk makan malam dengan kuliner khasnya berupa sayur kacang hijau. Malam makin larut, tetapi tunda dulu keinginan anda untuk tidur. Tengoklah ke langit malam, bintang-bintang bertaburan bak pasir di pantai. Bergeserlah menuju pantai Woru di selatan dusun Ngolo, hamparan bintang galaksi bima sakti yang makin larut makin jelas terlihat, tersaji dengan megah. Sungguh pemandangan yang sulit didapat ketika kita berada di kota-kota besar. Jangan terbuai dengan keindahan malam di Pemana, karena esok hari, pulau ini belum berhenti memberi kejutan.

Gugusan bintang galaksi Bima Sakti

Langit masih gelap, suara Adzan Subuh memanggil umat untuk menunaikan ibadah, derap langkah beberapa pemuda seakan memecah keheningan dusun kecil ini. Bagi anda yang mendamba panorama matahari terbit, bergegaslah menuju bukit Mbosa di sebelah timur dusun ini. Puncak bukit ditandai dengan adanya sebuah talang air dengan hamparan ladang kacang hijau disekitarnya. Saya menghela nafas, tersengal-sengal akibat terburu-buru mendakit bukit. Pandangan saya lempar jauh ke ufuk timur, matahari belum muncul dari peraduaannya. Tepat pukul 6 pagi, semburat mulai terlihat, perlahan bertambah terang dan munculah bulatan sang Fajar menyapa hari terakhir saya di pulau Pemana. Tak ada kata-kata yang terucap dari mulut saya, hanya bergumam dalam hati, terimakasih Tuhan, terimakasih Indonesia, terimakasih Flores.

Matahari terbit dari atas bukit Mbosa

Tips :
Kapal penumpang berangkat dari Maumere menuju pulau Pemana pada pukul 13.00 WITA, dan kembali kembali pada pukul 08.00 WITA
Bawalah peralatan snorkeling, karena banyak spot-spot menarik disekitar Pemana seperti Pemana Kecil (pulau Kambing) atau pulau Babi
Belum tersedia penginapan di pulau ini, bawalah selali kantong tidur anda. Sebagian besar rumah di Pemana adalah rumah panggung, jika anda ingin bermalam, bersosialisasilah dengan penduduk sekitar, penduduk Pemana sangat ramah, minta ijin untuk bermalam di terasnya
Jangan khawatir kehabisan perbekalan, karena terdapat beberapa kios yang menyediakan makanan dan minuman ringan  

Post a Comment Blogger

  1. Masya Allah, begitu indah dan kaya Indonesia ituh... [-(

    ReplyDelete

Beli yuk ?

 
Top