GuidePedia

0
Musi Rawas yang kaya akan obyek wisata alam terus menjadi perhatian bagi wisatawan Lokal, Nasional maupun Manca Negara. Salah satu onyek wisata alam yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi yakni Goa Napallicin yang berada di desa Napalicin Kecamatan Ulu Rawas.


Obyek wisata yang masih tergolong asli dan tersembunyi dibalik rerimbunan pohon yang langsung berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ini, pada era tahun 1990-an pesona memancing decak kagum para wisatawan mancanegara dan secara periodik dikunjungi.


Untuk sampai ke obyek wisata ini, wisatawan harus menempuh sekitar 135 km dari Kota Lubuklinggau. Jika pada era tahun 90-an, wisatawan untuk sampai ke lokasi ini harus mengarungi sungai rawas, namun sejak tahun 2008 lalu dapat dilalui dengan jalan darat. Jika melalui jalur sungai, dapat ditempuh dengan waktu sekitar enam jam. Jika melalui jalur darat ditempuh dengan waktu sekitar dua jam.

Goa Napallicin, memiliki panjang sekitar 500 meter. Mulut goa agak tersembunyi dan berada di kaki bukit kecil diseberang desa Napalicin, dengan lebar sekitar 20 meter dan ketinggian sekitar 15 meter. Untuk mencapai mulut goa, wisatawan harus menempu perjalanan mendaki sepanjang 100 meter dari pinggiran jalan desa, yang persis berada di kaki bukit kecil tersebut.

Saat memasuki goa ini, hawa sejuk dan lembab akan langsung menyapa. Dibagian depan, dekat pintu masuk, terdapat dua batu kembar, yang tertanam didasar goa, dan menjulang tinggi menyatu dengan langit-langit. Sepintas lalu, batu kembar itu, mirip dua raksasa. Oleh karenanya, masyarakat setempat menyebut batu kembar itu sebagai “Hulubalang” penjaga goa.

Melewati dua “Hulubalang” ini, pengunjung dihadapkan pada sebuah lorong terjal dan mendaki. Pengunjung mesti hati-hati, karena lorong tersebut agak basah dan licin, karena tetesan air yang menetes dari langut-langit goa. Lorong tersebut panjangnya sekitar 30 meter, menghubungkan kesebuah ruangan bercabang. Satu cabang mengarah ke Sungai Rawas, dan satu cabang lagi mengarah ke ruangan lain yang banyak terdapat dalam goa tersebut.

Untuk mencapai bagian lain dalam goa batu itu, melalui cabang lorong sebelah kanan, terkadang pengunjung harus berjalan menunduk dan merangkak. Karena, dibeberapa bagian lorong goa sangat sempit, tak bisa dilewati dengan berjalan tegak.

Dibeberapa bagian dinding lorong ini, juga banyak dijumpai tangga bambu menjulang tinggi ke langit-langit goa. Tangga bambu ini adalah jalan bagi masyarakat setempat untuk mencapai sarang burung walet yang memang banyak dijumpai dalam goa itu.

Setelah melewati lorong-lorong sempit, basah dan terjal penuh tantangan itu, kelelahan pengunjung akan segera terobati. Dipenghujung lorong, pengunjung disambut seberkas cahaya yang mulai nampak samar-samar. Cahaya itu adalah sinar matahari yang menembus langsung masuk kedalam sebuah ruangan besar, yang bagian atasnya menganga lebar. Panorama di ruangan besar ini, begitu memesona.

Sembari beristirahat, pengunjung dapat menikmati suguhan batu-batu alam aneka bentuk, yang banyak terdapat nun diatas ketinggian dinding-dinding goa. Adapun dibagian atas uangan besar itu, masih merupakan bagian dari goa batu, yang ujungnya menembus ke bagian goa lain, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Goa Payung.

Goa Batu Napallicin ini sekitar tahun 1993-1994 pernah dibuka untuk tujuan wisata oleh investor keturunan Belanda. Dimana setiap bulannya, cukup banyak turis-turis yang datang, terutama turis mancanegara, dan kebanyakan dari Benua Eropa.

Saat itu, investor juga membangun semacam tempat peristirahatan bagi pengunjung, yang lokasinya dipinggiran Sungai Rawas, dan dikenal dengan nama ôKubu Lodgeö. Namun, sejak krisis moneter melanda pada akhir tahun 1990-an, jumlah wisatawan yang mengunjungi Goa Batu Napallicin makin berkurang.

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top