GuidePedia

0
Sapi Sono atau Sapi Pajhangan atau Sapeh Sono? adalah salah satu tradisi masyarakat Madura yang tetap bertahan hingga saat ini. Memang tidak sepopuler seperti Kerapan Sapi akan tetapi tradisi ini tetap menarik untuk dinikmati.

Pengertian dari Sapi Sono berasal dari bahasa Madura : ?srono? atau ?nyono? yang artinya masuk. Kata "masuk" di sini berkaitan dengan awal mula budaya ini, yang kerap digunakan menyambut tamu yang datang di rumah warga Madura. Jadi secara budaya, Sapi Sono menyimbolkan sebuah kesopanan dalam bertingkah laku.

Berbeda dengan karapan sapi menggunakan sapi jantan yang di adu kecepatannya , kontes Sapi Sono menggunakan sapi betina sebagai bentuk sarana hiburan.

Perbedaan lain, pada kontes Sapi Sono semua peserta berhak mendapatkan penghargaan dari panitia, sedangkan pada karapan sapi penghargaan hanya diberikan pada satu pemenang saja.

Sapi Sono merupakan kontes sapi betina pilihan dari berbagai umur, yang dihias bak ratu kecantikan dengan dandanan menarik. Mulai dari panggonong, kain pakaian yang bersulamkan benang emas yang berkilauan ketika ditimpa sinar matahari, beludru merah dan juga kuning, kayu ukir bentaos dari Karduluk (sentra ukiran Sumenep), juga tak ketinggalan kelintingan (bebunyian), hanya saja tidak menggunakan Kaleles. Pada pakaian tersebut terdapat rumbai-rumbai yang bergelantungan, yang kontras dengan kulit sapi-sapi yang bersih terawat dengan kuku dan tanduk yang terpelihara pula. Menurut sejarahnya, Sapi Sono masih terkait dengan tradisi karapan sapi yang merupakan sebuah hiburan masyarakat di Madura dalam menghadapi musim tanam tembakau.

Arena yang digunakan untuk kontes Sapi Sono biasanya berada satu lokasi dengan arena untuk Kerapan Sapi. Bentuk arena Sapi Sono berupa panggung kayu yang diberi garis lintasan, serta labhang saketheng (semacam Gapura ) yang diberi aneka benda seperti cermin besar,orang- orangan/topeng dsb, (untuk menakuti sapi ketika melintasi gerbang) serta dipadukan dengan iringan kesenian musik Saronen.




Poin penilaian pada Kontes Sapi Sono, didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
* Keanggunan sapi ketika berjalan dengan dengan arah lurus kedepan.
* Keselarasan pada saat berjalan.
* Kesesuaian langkah yang seirama dengan musik pengiring.
* Batasan waktu sapi berjalan mulai dari gerbang start sampai dengan finish, yang harus diselesaikan dalam waktu 2 menit. Ketidaktepatan waktu akan mengurangi poin yang telah didapat sebesar 5 poin.
* Pasangan Sapi Sono yang menyentuh garis lintasan pada panggung juga akan mendapat sanksi berupa pengurangan 5 poin. Sedangkan sapi yang berbalik arah dinyatakan gagal atau didiskualifikasi.
* Saat pasangan Sapi Sono naik ke panggung yang terbuat dari papan, dua kaki depan pasangan Sapi Sono harus serasi dan diam. Bila kaki tidak pas menginjak papan panggung,penilaian bisa berkurang. Begitu pun jika sepasang kaki depan sapibergerak-gerak tidak tenang, penilaian juga akan berkurang.
* Ketepatan kaki saat berhenti dibawah gapura (yang telah diberi benda yang menakutkan). Sapi yang berani dan terlatih dengan baik, akan berhenti tepat dibawah gapura sesuai dengan perintah pengendali atau pemiliknya.

Sapi yang digunakan untuk kontes Sapi Sono memang berbeda sapi-sapi pada umumnya yang digunakan untuk membajak di ladang persawahan. Sapi yang akan digunakan untuk kontes akan disiapkan sejak sapi lahir. Sapi betina untuk Sapi Sono harus mendapatkan perhatian ekstra. Biasanya si pemilik sangat memanjakan Sapi Sono ini, karena prestasi yang dapat diraih bukan saja memberikan kebanggaan, tetapi juga mampu mengangkat pamor sang pemilik.

Selain rumput sebagai pakan utama, Sapi Sono juga mendapat ramuan khusus yang terdiri dari terdiri dari telur ayam kampung, kunyit, gula merah, dan dicampur dengan jamu sehat dari madura. Telur ayam kampung yang dibutuhkan per ramuan untuk satu sapi sebanyak 10-15 butir. Mendekati satu minggu sebelum kontes biasanya komposisi ini ditingkatkan hingga dua kali lipat.

Sapi Sono juga harus rajin dimandikan di pandokan (tempat khusus untuk memandikan sapi), dengan diberi sabun pelembut bulu dan dipijat seluruh badan, minimal dua hari sekali. Karena sapi-sapi itu harus bersih dan cantik secara fisik, seluruh bulu di badan Sapi Sono juga harus dipotong pendek dan rapi.

Tidak sampai berhenti disitu, para pemilik sapi sono berani membayar pekerja profesional (joki )untuk merawat sapi betina itu secara khusus setiap hari. Tidak sekedar bertugas memberikan perhatian lebih pada kondisi tubuh sapi, joki juga melatih keselarasan dan olah gerak kaki.

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top