GuidePedia

0

Vera Farah Bararah - detikHealth
[Image: usus-besar-ts-dalam.jpg]
(Foto: thinkstock)

Jakarta, Meskipun menjijikkan, feses alias tinja ternyata bisa dipakai untuk pengobatan usus. Caranya dengan mencangkok (transplantasi) bakteri baik di feses tersebut untuk mengobati usus besar pasien yang sakit akibat infeksi C-diff.

Cangkok tinja memang tidak umum dan baru kali ini dilakukan. Selama ini transplantasi (cangkok) dilakukan untuk organ-organ tertentu di tubuh.

Infeksi terhadap superbug (kuman super) C-diff semakin meningkat. Kuman ini bisa menyebabkan kerusakan di usus, tapi sayangnya tidak dapat ditaklukan dengan mengonsumsi obat antibiotik paling mahal sekalipun.

Saat ini para dokter tengah mencoba pengobatan dengan cara mencangkokkan feses dari orang yang sehat ke dalam usus besar orang yang sakit.

Meskipun ada faktor menjijikkan, tapi laporan beberapa kasus dari jurnal medis dan juga pertemuan gastroenterologis menunjukkan terjadinya peningkatan pada pasien yang telah menderita berbulan-bulan akibat C-diff.

'Ini adalah probiotik yang paling pokok untuk kondisi tersebut,' ujar Dr Lawrence Brandt dari New York's Montefiore Medical Centre dan telah melakukan 17 kali prosedur tersebut.

Sementara itu Dr Alexander Khourts dari University of Minnesota menuturkan prosedur yang dilakukan tergolong kompleks. Sebuah lingkungan bakteri secara keseluruhan ditransplantasi, sama seperti transplantasi organ hanya saja tidak menggunakan obat anti-penolakan.

Dokter akan mengambil sidik jari genetik dari bakteri di usus sebelah kiri setelah seseorang menderita sakit akibat C-diff selama 8 bulan. Setelah itu dokter akan melakukan transplantasi feses yang mengandung bakteri baik. Kondisi ini tidak hanya menghilangkan bakteri akibat C-diff tapi juga dapat memulihkan kondisi usus.

C-diff adalah kuman bernama Clostridium difficile yang banyak mengancam di rumah sakit di Amerika Serikat. Beberapa pasien menderita diare ringan, tapi pada orang yang sudah tua atau memiliki kondisi lemah bisa mengembangkan gangguan yang parah disebut dengan colitis.

Umumnya kondisi ini diobati dengan antibiotik, tapi karena antibiotik bisa membunuh bakteri baik maka akan memungkinkan bagi C-diff untuk mengembangkan bakteri jahat yang ada di usus.

Brandt menuturkan donor feses ini harus dipastikan tidak memiliki penyakit

Seperti hepatitis, HIV atau parasit di ususnya. Pendonor biasanya berasal dari kerabat dekat pasien yang terinfeksi C-diff.

Transplantasi feses atau bakterioterapi bisa jadi menjadi alternatif yang bisa bekerja dengan baik. Namun diperlukan bukti ilmiah lebih lanjut mengenai keberhasilan dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkan.


Kirim Tai anda yg lebih manjur di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top